Rabu, 17 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Hadir di 500 Kota, Tahun Lalu POS Qasir Catatkan Rp 1,5 Triliun

BACA JUGA




Fintechnesia.com | PT. Solusi Teknologi Niaga (Qasir) mencatat, salah satu kesalahan utama pemilik usaha mikro dan kecil mengelola usaha tetap stagnan karena tidak ada pemahaman dasar soal pengelolaan bisnis. Penggunaan platform point of sales (POS) bagi bisnis UMKM diharapkan mampu memangkas risiko human error dalam proses pengelolaan usaha.

Jika bisnis tidak memiliki laporan neraca saldo atau catatan transaksi harian yang rapi, maka pemilik usaha tidak akan mengetahui kesehatan bisnis mereka. Tidak terkecuali bagi pemilik usaha yang masih turun langsung dalam mengelola usaha sehari-hari, dampaknya akan besar jika ia tidak memiliki laporan jelas. “Ujung-ujungnya, bisa saja mereka salah mengambil keputusan, pemasukan dan pengeluaran tidak berimbang dan usaha menjadi mandeg atau tidak berkembang,” papar Michael Williem, CEO Qasir, pekan lalu.

Sementara itu, saat ini keberadaan toko-toko kelontong atau warung tradisional kian terdesak oleh hadirnya peritel modern, contohnya yang berbasis waralaba. Secara aspek permodalan dan jaringan usaha, peritel modern tentu akan jauh melampaui kemampuan warung-warung untuk bersaing mendapatkan pelanggan. Faktor-faktor seperti variasi barang dagangan, stok penjualan, sampai ragam metode pembayaran yang kian memudahkan pembeli, menjadi hambatan utama bagi warung mikro untuk tetap eksis.

Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan warung mikro ini masih menjadi penopang kebutuhan masyarakat sekitar, khususnya yang berada di kota-kota lapis kedua dan ketiga, yang jauh dari area perkotaan. Warung masih menjadi andalan masyarakat, di tengah masifnya pertokoan modern. “Kami melihat ada kebutuhan masyarakat, khususnya dari lapisan menengah ke bawah yang masih menjadi pelanggan warung-warung tradisional karena harga barang kebutuhan sehari-hari masih sangat terjangkau. Kami melihat ada celah di mana Qasir bisa membantu pemilik warung untuk survive di tengah kompetisi dengan pemilik modal yang lebih besar,” tambah Michael.

Setelah aplikasi Qasir, aplikasi Miqro diluncurkan untuk pedagang mikro dari berbagai jenis usaha. Aplikasi Miqro dapat diakses tanpa biaya lewat ponsel pintar. Melalui aplikasi ini, pemilik warung bisa mengakses banyak fitur dasar tentang manajemen pengelolaan warung, sampai dengan pemesanan barang untuk dijual kembali (grosir). Aplikasi Miqro memungkinkan hal tersebut dengan dukungan dari setidaknya lebih dari 25 mitra wholesaler yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Harapannya, akan semakin banyak pemilik usaha mikro yang menyadari pentingnya pengelolaan toko dan transaksi, apapun usaha dan skala bisnisnya.

“Salah satu hal yang mendasari optimisme kami dalam menciptakan inovasi adalah dorongan dari pemerintah untuk membantu usaha-usaha mikro, salah satunya warung, untuk dapat terus eksis dan meningkatkan skala usahanya lewat teknologi. Melalui aplikasi Miqro yang sudah tersedia untuk pengguna Android, pedagang tidak perlu lagi mencatat penjualan dan mengatur inventori secara manual, karena semuanya sudah otomatis akan terekonsiliasi di aplikasi,” ujar Michael.

Sampai akhir tahun 2019, Qasir berhasil mencatatkan nilai transaksi Rp 1,5 Triliun, angka ini merefleksikan setidaknya 0,2% total pergerakan ekonomi Indonesia. “Tentunya pencapaian ini sangat membanggakan bagi tim Qasir, di mana layanan kami sudah digunakan oleh pedagang mikro di lebih dari 500 kota di Indonesia. Ke depan, kami menargetkan lebih banyak merchant yang mengunduh dan menggunakan aplikasi kami, setidaknya sampai 300.000 user,” tutup Michael.

Jika aplikasi Miqro menarget pedagang mikro, aplikasi yang lebih dulu lahir, yaitu Qasir POS menyasar mereka yang sudah menjalankan usahanya dengan bantuan karyawan.  Karena, pada tahap inilah pemilik usaha sudah membutuhkan fungsi-fungsi monitoring. Mulai dari memonitor catatan penjualan, mengelola produk, mengawasi stok, dan memantau aktivitas karyawan. Salah satu keunggulannya dibanding aplikasi sejenis, layanan yang ditawarkan dalam aplikasi Qasir bisa didapat tanpa biaya apapun dan dapat terus digunakan secara gratis selamanya. Sementara itu, untuk beberapa fitur khusus yang lebih premium, usahawan (user) hanya perlu membayar sesuai yang diperlukan.

Kehadiran banyak pelaku usaha yang mirip dengan Qasir menunjukkan iklim persaingan yang sehat dan kebutuhan nyata dari pelaku UMKM. “Menurut kami, persaingan justru akan membuat Qasir semakin termotivasi menciptakan inovasi-inovasi baru yang relevan untuk menunjang bisnis para pengusaha. Kami juga optimistis membantu misi pemerintah untuk memperluas penetrasi digital yang lebih merata ke semua pelaku UMKM di Indonesia,” tutup Michael.

Qasir merupakan ekosistem digital bagi pengusaha mikro dan kecil yang memiliki mimpi membesarkan bisnis.Teknologi Qasir memungkinkan pengusaha melakukan pencatatan transaksi, pembayaran digital, pengisian kembali stok dari supplier terdekat sampai dengan layanan untuk pengembangan usaha seperti pembiayaan dan dukungan brand untuk pengusaha mikro, kecil & menengah. (sry)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER