FinTechnesia.com | Merebaknya pademi corona menyebabkan pasar produk pangan mengalami shifting demand. Dari business to business (B2B) seperti hotel, restoran dan kafe menjadi business to consumer (B2C). Hal ini terjadi di Kedai Sayur Indonesia.
Terjadi peningkatan permintaan yang cukup tajam pada konsumen B2C. Sebelumnya, masyarakat
menghabiskan anggaran belanja guna keperluan konsumsi dan gaya hidup dan transaksi secara dengan mendatangi pusat perbelanjaan. Kini masyarakat beralih menggunakan kesempatan berbelanja untuk memenuhi kebutuhan pangan
dan konsumsi sehari-hari secara daring.
Perubahan kondisi ini juga memberikan dampak kepada perusahaan yang bergerak dalam bidang agritech seperti Kedai Sayur. Perusahaan start up tersebut mengalami peningkatan penjualan khususnya B2C, trafik media sosial dan jumlah unduhan aplikasi Kedai Sayur.
Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga memberikan dampak kepada pasar B2B. CEO Kedai Sayur, Adrian Hernanto mengatakan, walaupun terjadi penurunan permintaan dari pasar B2B, di sisi lain peningkatan signifikan terjadi dari pasar B2C atau konsumen rumahan. “Terjadinya shifting demand tersebut membuat Kedai Sayur melakukan perubahan flow bisnis dan meluncurkan layanan baruyaitu B2C demi memenuhi permintaan pasar,” kata Adrian, Kamis (28/5).