WahPenambang kripto yang menginfeksi komputer pengguna pada dasarnya beroperasi sesuai dengan model bisnis yang sama dengan program ransomware. Yakni kekuatan komputasi target dimanfaatkan untuk memperkaya para pelaku kejahatan siber.
Selain bertambahnya konsumsi listrik dan penggunaan CPU, penambangan meningkatkan keausan pada perangkat keras. Bandwidth yang terbuang juga mengurangi kecepatan dan efisiensi beban kerja komputasi yang sah. Selain itu, malware cryptojacking dapat membanjiri sistem, menyebabkan masalah kinerja yang cukup merusak. Juga memiliki efek langsung pada jaringan bisnis hingga pada akhirnyaberpengaruh pada pelanggan mereka.
Indonesia dan Vietnam menjadi negara di Asia Tenggara memiliki upaya penambangan kripto tertinggi terhadap UKM. Sebagian besar dari enam negara di kawasan ini, kecuali Filipina dan Thailand, juga encatat peningkatan dalam hal deteksi malware ini pada kuartal pertama tahun 2020. Mereka melengkapi lima negara dengan upaya cryptojacking terbanyak. Yakni Federasi Rusia, Brasil, dan Republik Islam Iran. (yof)