FinTechnesia.com | Menurut survei Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), 64,3% responden memiliki rasa kecemasan akibat pandemi. Salah satunya pendorong, kekhawatiran jika terjangkit penyakit dan tidak memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan
Terlebih, menurut data World Health Organization (WHO), biaya kesehatan di Indonesia meningkat 36% setiap tahun. Di masa pandemi ini, perilaku konsumen cenderung menahan pembelian barang konsumtif. Fokus terhadap kebutuhan pokok dan produk kesehatan.
Mengutip hasil riset lembaga survei Nielsen, sekitar 35% masyarakat Indonesia ingin memiliki asuransi kesehatan di masa pandemi. Dan 5% akhirnya memutuskan membeli produk asuransi kesehatan.
Melihat hasil riset tersebut, meskipun terdapat keinginan dan kesadaran memiliki asuransi kesehatan, masyarakat yang akhirnya memiliki perlindungan asuransi tergolong rendah. “Penyebabnya masyarakat tidak mendapatkan akses ke produk asuransi yang terjangkau dan dengan coverage yang menyeluruh” kata Paulus Budihardja, Bancassurance Head, Bank Danamon, pekan lalu.
Menurutnya, masyarakat perlu diberikan edukasi, produk asuransi melindungi dari risiko finansial seiring meningkatnya biaya perawatan kesehatan. Pentingnya ketenangan pikirian atau peace of mind menghadapi masa penuh tantangan seperti masa pandemi ini
“Hal ini mendorong kami menghadirkan produk asuransi kesehatan menyeluruh dan terjangkau. Sehingga dapat menjawab kebutuhan masyarakat akan perlindungan kesehatan. Sekaligus memperluas akses serta meningkatkan jumlah masyarakat memiliki proteksi asuransi,” tambah Paulus.