FinTechnesia.com |Pandemi memberikan dampak beragam kepada perusahaan rintisan (startup) serta usaha mikro,kecil dan menengah (UMKM). Sejumlah pelaku usaha mengalami dampak negatif. Seperti penurunan transaksi hingga tutupnya usaha.
Dan sebagian lain mengalami dampak positif. Seperti melonjaknya permintaan/transaksi dan jangkauan konsumen yang semakin meluas.
Hal ini mendorong perusahaan rintisan mampu beradaptasi dengan situasi seiring perubahan perilaku masyarakat. Para pelaku usaha memiliki berbagai strategi untuk bertahan dan mengembangkan layanan mereka.
Langkah ini tak lepas dari peran perusahaan modal ventura sebagai sumber pembiayaan alternatif untuk mendukung kelangsungan dan rencana bisnis perusahaan rintisan.
Hingga kuartal III-2020, tercatat ada 52 transaksi pendanaan modal ventura ke startup. Dengan jumlah pendanaan mencapai US$ 1,92 miliar atau setara Rp 28,04 triliun (kurs Rp 14.600 per dollar Amerika Serikat).
Pendanaan ini mengalir kepada startup dari berbagai sektor. Dengan tiga sektor terbanyak yaitu financial technology atau fintech, edutech dan SaaS. Masing-masing enam transaksi pendanaan)
Ke depan industri yang diperkirakan akan meningkat dalam segi pendanaan adalah sektor terkait digitalisasi UMKM dan supply chain, social commerce, dan food-tech atau startup terkait pangan.
Industri modal bentura terus mengalami pertumbuhan aset dalam tiga tahun terakhir (2018-2020). Hingga 31 Desember 2019, pertumbuhan aset mencapai Rp 19,65 triliun, melesat 58,72% dibandingkan periode 2018.
Dalam rilis berdasarkan diskusi virtual Selasa (2/11), Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) menyatakan, startup turut berperan dalam pemulihan ekonomi nasional lewat kolaborasi dengan program pemerintah. Seperti startup agritech yang membantu menyalurkan pembiayaan dari pemerintah untuk petan.
Atau kolaborasi antar startup penyedia digital signature dan digital identity dengan lembaga perbankan untuk kemudahan proses restrukturisasi kredit. (yof)