FinTechnesia.com | Pandemi corona berdampak luar biasa ke berbagai sektor. Dampak yang paling terlihat, dari sisi ekonomi. Banyak perusahaan gulung tikar atau melakukan PHK.
Di sisi lain, pandemi mempercepat proses digitalisasi. Digitalisasi yang seharusnya baru berkembang pesat beberapa tahun mendatang, kini telah tiba. The Future is now.
Tengok saja laporan tahun kelima e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company mengungkapkan perkembangan ekonomi digital Indonesia. Ekonomi internet tanah air secara keseluruhan diperkirakan bernilai alias gross merchandise value (GMV) US$ 44 miliar atau Rp 624,62 triliun dengan kurs Rp 14.196 per dollar Amerika Serikat pada 2020.
E-commerce naik 54% menjadi US$ 32 miliar pada tahun 2020, dari US$ 21 miliar pada tahun 2019. Pertumbuhan momentum e-commerce di Indonesia juga tercermin dari peningkatan lima kali lipat jumlah supplier lokal yang mencoba berjualan online karena pandemi.
Protokol kesehatan yang mengharamkan sentuhan, memang terus mendorong digitaliasi. Tak hanya untuk milenial. Tapi semua elemen masyarakat.
Bagi milenial, dunia mereka seolah ada di jemari dan genggaman tangan sambil rebahan. Seperti memenuhi perut keroncongan atau ngopi, tinggal order online. Atau beli voucher untuk ML.
Maksud ML di sini, beli voucher game Mobile Legend, lo atau voucher game online lain, bisa lewat smartphone. Ini semua bisa berkat fitur di digital banking.
Bagaimana bagi penggemar musik dan maniak film? Tenang, ada voucher streraming video dan musik. Digital banking juga bisa untuk beli pulsa internet, bayar listrik, tagihan hingga mengirim uang.
Dan asyiknya lagi untuk daftar digital banking, tak perlu lagi datang ke bank. Lagi-lagi tinggal rebahan, tunggu sebentar, milenial sudah bisa jadi nasabah digital bank dan menikmati beraganm fitur.
Tapi, teknologi selalu berkembang dan hidup milenial tak melulu hiburan. Jika sudah bekerja, kebutuhan dan keinginan milenial juga bertambah.