Jumat, 29 Maret 2024
FINTECHNESIA.COM |

Pimpin Pasar Cloud, IBM Lakukan Spin Off

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Efek pandemi coroma terus menggulung. IBM, perusahaan yang telah hadir di Indonesia sejak 1937, juga menghadapi tantangan jauh berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Di tengah ketidakpastian, CEO IBM Arvind Krishna memutuskan untuk memposisikan perusahaan sebagai pemimpin di industri hybrid cloud secara global, dengan peluang bisnis senilai US$ 1 triliun. 

Di Indonesia, anggaran untuk cloud berkembang pesat. Perusahaan lokal berencana melakukan modernisasi dan bersaing di perekonomian global dengan memanfaatkan teknologi cloud, otomasi, AI, quantum, dan blockchain.

Tahun lalu, IBM mengakuisisi Red Hat, penyedia Linux open source terbesar di dunia untuk open hybrid cloud, seharga US$ 34 miliar. Aksi ini mendorong banyak perubahan di IBM. Terutama bagi perusahaan teknologi yang selama ini telah bekerja memenuhi kebutuhan lebih dari 75% perusahaan Fortune 100 dunia dan bisnis-bisnis besar di seluruh Asia.

Menurut studi Institute for Business Value (IBV) tahun 2020, 16% pemimpin bisnis di Indonesia telah mengalokasikan pengeluaran TI mereka ke cloud. Dan berencana meningkatkan porsi pengeluaran  hybrid cloud dari yang saat ini 51% menjadi 57% pada tahun 2023. Di Indonesia, organisasi diperkirakan akan menggunakan rata-rata 11 cloud per organisasi dari vendor yang semakin banyak pada tahun 2023.

Agar memenuhi permintaan ini, IBM membagi perusahaannya menjadi dua bagian, Oktober 2020, IBM melakukan spin-off atau memisahkan bisnis layanan infrastruktur terkelolanya menjadi entitas tersendiri pada akhir 2021.

Mewakili 25% dari total pendapatan IBM sebanyak US$ 80 miliar, ‘NewCo’–yang merupakan nama sementara–akan menjadi perusahaan bisnis layanan infrastruktur mandiri terbesar di dunia. Dengan nilai bisnis US$ 60 miliar dan total 4.500 klien.

Keputusan melakukan spin-off dengan ‘NewCo’ diharapkan mendorong terciptanya dua perusahaan industri terdepan dengan fokus strategis dan fleksibilitas berbeda agar bisa meningkatkan nilai bisnis klien dan pemegang saham.

“Kebutuhan pembelian klien untuk aplikasi dan layanan infrastruktur semakin mengerucut,. Dan adopsi platform hybrid cloud kami mengalami perceparan,” terang Arvind, Senin (28/12). (mrz)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER