Senin, 25 Maret 2024
FINTECHNESIA.COM |

Penelitian Kaspersky: Generasi Ini Paling Banyak Membagi Berita Tanpa Verifikasi Terlebih Dahulu

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Akibat pandemi, konsumsi berita dari media arus utama dan sumber online mengalami peningkatan besar. Termasuk negara-negara di Asia Tenggara. Media sosial menjadi sebagian besar platform yang digunakan warga daring di wilayah tersebut dalam mengonsumsi berita.

Penelitian Kaspersky baru-baru ini mengungkapkan, mayoritas (76%) pengguna di Asia Tenggara mendapatkan update berita dari platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya. Persentase ini lebih tinggi untuk Gen Z (kelahiran tahun 1997-2009) di 83%.

Diikuti milenial (lahir tahun 1981-1996) di 81%, Baby Boomers (tahun 1946-1964) di 70% dan Gen X (tahun 1976-1980) di 62%. Namun, ini bukan berarti platform terkait mempublikasikan informasi yang sepenuhnya terpercaya.

Disinformasi online tetap menjadi perhatian di dunia daring. Survei yang sama yang dilakukan November 2020 lalu mengungkap bahwa hampir 2 dari 10 (18%) responden mengaku berbagi berita sebelum memverifikasi kebenarannya. Ternyata tertinggi di Gen Z (28%). Diikuti oleh Gen X (21%), dan Boomers (19%). Milenial mencatatkan rekor terendah dalam aspek ini yaitu 16%.

Menurut Beverly Leow, psikolog di Mind What Matters, rendahnya tingkat verifikasi saat berbagi berita secara online dapat dikaitkan dengan teori presentasi diri. Individu ingin melindungi dirinya sendiri dengan cara tertentu.

Ketika pengguna berbagi informasi tanpa menimbang kebenarannya, mereka termotivasi untuk menampilkan diri sebagai netizen dengan informasi terkini (update) dan berpengetahuan luas.

“Verifikasi kebenaran masalah atau validitas informasi lebih memakan waktu. Dan membutuhkan lebih banyak upaya daripada menekan tombol “bagikan” atau mengirim kembali,” jelas Leow., pekan lalu. Studi yang sama, hanya 5 dari 10 responden di semua generasi yang membaca artikel lengkap sebelum membagikannya di akun personal.

Pengguna internet Asia Tenggara diperkirakan mencapai 400 juta. Dengan tambahan 40 juta orang yang merupakan pengguna internet pertama kali pada tahun 2020. Wilayah ini juga dikenal sebagai salah satu pengguna media sosial yang paling aktif.

“Survei kami menunjukkan 36% pengguna di Asia Tenggara menghabiskan 1-2 jam lebih banyak pada platform online ini setelah penguncian. Lalu 28% menambahkan 2-4 jam. Dan sekitar 17% dengan 4-6 jam lebih dihabiskan untuk bersosialisasi online,” Kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.

Dari perspektif keamanan siber, informasi palsu adalah bentuk rekayasa sosial dalam skala lebih besar yang digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk secara efektif dan mudah menargetkan orang dan organisasi. Tahun 2020 dapat terlihat dari menjamurnya email phishing, penipuan, dan domain palsu yang memanfaatkan topik COVID-19 dan bahkan sekarang, vaksin.

Inilah sebabnya mengapa baik individu maupun bisnis, dengan format bekerja-dari-rumah saat ini, tidak boleh menganggap enteng disinformasi di media sosial. “Dengan pandemi yang masih jauh dari selesai, kewaspadaan terhadap informasi dan tautan yang kita bagikan menjadi sangat penting,” tambah Yeo. (eko)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER