Selasa, 16 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Pemimpin Bisnis Harus Mempertimbangkan Tiga Tren Teknologi Ini

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Tahun 2020 sangat berbeda dari tahun-tahun biasanya. Aktivitas bekerja dan operasional bisnis dari jarak jauh membuat perusahaan beralih ke cloud. Agar memenuhi kebutuhan tenaga kerja terdistribusi baru dan mempertahankan efisiensi operasional perusahaan.

“Sejak diluncurkan region Google Cloud Platform (GCP) di Jakarta enam bulan lalu, kami melihat momentum kuat seiring banyaknya perusahaan dari berbagai bidang industri yang beralih ke Google Cloud untuk membantu mentransformasikan operasional ke ranah digital,” terang Megawaty Khie, Country Director, Google Cloud Indonesia, Senin (8/2).

Satu contoh ketika perusahaan-perusahaan di Indonesia memigrasikan beban kerja SAP dari infrastruktur on-premise ke jaringan cloud publik. Padahal memindahkan beban kerja SAP ke cloud sama sekali bukan hal mudah.

Banyak tim dari berbagai perusahaan kesulitan mengontrol biaya jangka pendek, kompleksitas, dan risiko yang muncul akibat migrasi SAP ke cloud. Sebagai akibatnya, perusahaan pun jadi ragu-ragu untuk memigrasikan SAP-nya ke cloud. Tentu saja hal ini dapat merugikan partner bisnis dan menguntungkan kompetitor yang mampu bergerak lebih gesit.

PT Blue Bird Tbk, pelanggan lama Google Cloud, sedang melakukan transformasi digital. Baru-baru ini Blue Bird meluncurkan platform multi-product, multi-channel dan multi-payment generasi kelimanya: aplikasi MyBlueBird dengan Google Cloud. Bluebird juga memigrasikan beban kerja SA ke Google Cloud. Sehingga dapat mengoptimalkan sumber daya TI perusahaan sambil membangun infrastruktur lokal milik sendiri untuk berinovasi di masa depan.

Contoh lain PT Link Net Tbk. Penyedia layanan televisi kabel dan fixed broadband internet dengan merek First Media (segmen residensial) dan First Media Business (segmen korporat) telah menggunakan BigQuery untuk memecah-mecah data silo dan meningkatkan kecepatan kueri untuk melakukan insight data dalam pengambilan keputusan bisnis. Mereka pun sudah menerapkan sistem penagihan baru berbasis SAP di Google Cloud untuk meningkatkan keseluruhan efisiensi dan keamanan platform internalnya.

Contoh terakhir Semen Indonesia Logistik. Bagian dari Semen Indonesia Group, mampu melanjutkan inisiatif strategis untuk memodernkan sistem keuangan dan logistiknya dengan menerapkan SAP S/4AHANA perusahaan ke Google Cloud. “Memanfaatkan platform kami yang sangat skalabel dan dapat diandalkan, tim Keuangan dan Logistik perusahaan dapat merencanakan, memperkirakan, serta mengeksekusi keputusan bisnis dengan efisien dan efektif,” terang Megawaty.

Agar bisa bangkit dari dampak COVID-19 di tahun 2021, perusahaan yang akan berhasil adalah yang tidak hanya mementingkan pengalaman pengguna baik. Tapi juga mampu memprediksi perubahan kebiasaan pengguna dan menyesuaikan langkah perusahaan dengan cepat.

Berikut pandangan Google mengenai tiga tren spesifik yang harus dipertimbangkan pemimpin bisnis untuk mendorong pemulihan serta kesuksesan bisnis di tahun 202.

  1. Setiap bisnis memerlukan platform digital

Platform fisik tak lagi cukup untuk menunjang bisnis yang sedang berkembang. Saat ini, pelanggan menuntut adanya platform digital dan itu terjadi di hampir setiap industri.

Penyedia layanan kesehatan memerlukan platform yang aman dan skalabel untuk mendukung layanan bagi pasien digital yang dikenal sebagai layanan telemedis (telemedicine). Dalam bidang ritel, banyak perusahaan menggunakan artificial intelligence (AI) dan machine learning (ML) untuk memberikan pengalaman online yang lebih baik dan lebih akurat.

2. AI dan ML akan menjadi pusat dari setiap strategi bisnis

Agar tetap gesit di masa yang tidak pasti seperti sekarang ini, bisnis harus terus belajar dan berinovasi lebih cepat lagi. Pemanfaatan teknologi seperti AI dan ML akan berperan penting untuk mengambil insight-insight bermakna dari set data.

Misalnya, industri perbankan melakukan investasi AI untuk meningkatkan personalisasi, memberikan insight terkait kesejahteraan finansial, dan mengelola risiko dengan lebih baik. Bahkan industri yang belum menggunakan AI dan ML akan mulai bereksperimen dengan teknologi ini untuk menciptakan pengalaman yang lebih disesuaikan, dari mana saja.

3. Perusahaan harus merangkul cara kerja baru

Dalam situasi kenormalan baru ini, ada kebutuhan terhadap lingkungan kerja bersifat hibrid. Perusahaan paling inovatif harus memikirkan kembali cara karyawan berkolaborasi, cara mendukung tenaga kerja di garis depan. Dan cara mendigitalkan pengalaman pelanggan dengan cepat. (hlm)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER