Rabu, 27 Maret 2024
FINTECHNESIA.COM |

Tahun Kedua Pandemi, Begini Cara Masyarakat Menyambut Lebaran Kali ini

BACA JUGA




FinTechnesia.com | RB Consulting, Research & Business Consulting bekerja sama dengan Snapcart melakukan survei online kepada 1.050 responden. Terdiri Dari laki-laki dan perempuan usia 18-50 tahun yang merayakan Idul Fitri di semua kelas sosial ekonomi. Mereka tinggal di Pulau Jawa, Sumatera dan beberapa daerah di Indonesia. 

Sebelum pandemi, sekitar 3/4 warga kota besar di seluruh Indonesia mudik. Namun sewaktu pandemi melanda di tahun 2020, jumlah ini menurun drastis. Hanya sepertiga yang mudik.  

Jumlah pemudik dari DKI Jakarta merupakan yang terendah dibandingkan pemudik dari daerah lain. Ini akibat larangan mudik oleh pemerintah waktu itu.

Tahun ini, sebelum diresmikan larangan mudik secara nasional oleh pemerintah, sekitar 2/3 orang berencana mudik. Mendekati jumlah pemudik sebelum pandemi terjadi.  

Namun, setelah pengumuman larangan mudik, jumlah calon pemudik langsung turun sampai dengan 58%.  Persentase ini masih tinggi mengingat ada parang an pemerintah.  Rencananya mereka akan mudik jauh sebelum masa dilarang mudik berlaku, yaitu tanggal 7 – 17 Mei 2021.

Iwan Murty, CEO RB Consulting mengatakan, meskipun masih pandemi, keinginan masyarakat mudik berlebaran di kampung halaman cukup tinggi, yakni 67% sebelum pengumuman pemerintah tentang pelarangan mudik.

Seperti biasa, kebiasaan belanja masyarakat selama bulan Ramadan dipastikan meningkat dibandingkan bulan-bulan bulan-bulan lainnya. Sebelum pandemi, sekitar 52% dari responden mengatakan bahwa pengeluaran mereka meningkat selama Ramadan.  

Tahun 2020 lalu sewaktu pandemi, angka ini turun drastis menjadi hanya 33%.  Tahun ini, 46% responden memperkirakan pengeluarannya akan meningkat lagi selama Ramadan dibandingkan bulan-bulan normal.  

Angkanya sama di semua kelas sosial ekonomi. Mengindikasikan, konsumen merasa positif atau mempunyai keyakinan yang lebih tinggi terhadap situasi saat ini.  Sebagai perbandingan 5 tahun yang lalu, tahun 2016, jumlah responden yang mengatakan pengeluaran mereka meningkat selama bulan Ramadan jauh lebih tinggi mencapai sekitar 69%.

Iwan Murty menambahkan, selain belanja makanan dan minuman, belanja kebutuhan lainnya sangat berkurang drastis. “Responden di kelas sosial ekonomi atas mempunyai rencana untuk bersantap di luar rumah seperti di restoran atau di mall dibandingkan responden dari kelas sosial ekonomi menengah ke bawah. Rencana makan di luar ini juga lebih tinggi di antara pekerja,” terang Iwan, Jumat (7/5).

Ramadan tahun ini adalah tahun ke-2 dalam masa pandemi. Oleh sebab itu aktivitas digital menjadi jalan keluar tetap bersilaturahmi dan menunaikan ibadah.  Halal bihalal, ngabuburit dan transfer angpau Lebaran menjadi kegiatan yang mendominasi dilakukan secara digital.  Selain ketiga kegiatan tersebut, lonjakan kegiatan yang dilakukan secara digital lainnya adalah zakat, sungkeman, pengajian dan sholat Ied kemudian infak dan Setelah.

Akun media sosial dan aplikasi Islami dipergunakan oleh 52% responden laki-laki dan 64% responden perempuan.  Lebih banyak perempuan dari pada laki-laki yang menggunakannya.  Sementara responden usia 18-24 tahun merupakan pengguna terbanyak 62%, disusul oleh 25 – 34 tahun 56% dan usia yang lebih tua 35-50 tahun, sebanyak 52%.

Dari 605 responden yang mengakses aplikasi Islami secara teratur memilih aplikasi paling popular yaitu Muslim Pro oleh 47% responden, terbanyak di usia 18-24 tahun. Masjid Terdekat dipilih oleh 17% responden, terbanyak di usia 35-50 tahun. Lalu Tanya Ustadz dipilih oleh 15% responden, terbanyak di usia 35-50 tahun juga. (mrz)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER