Rabu, 24 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Awas, Potensi Serangan Ransomware di Sektor Kesehatan

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Alarm waspada menyala. Serangan dunia maya terhadap klinik atau rumah sakit adalah persoalan hidup atau mati.

Pada tahun 2020, sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia sudah goyah di bawah tekanan pandemi. Serangan pelaku kejahatan siber semakin menambah beban yang ada.

Salah satu ancaman paling signifikan tahun lalu bagi institusi kesehatan adalah serangan ransomware. Yaitu upaya penjahat dunia maya mengenkripsi data atau memeras manajemen dengan ancaman akan mempublikasikan data yang dicuri.

Konsekuensi dari serangan tersebut bermacam-macam. Di samping kekacauan yang jelas berbahaya pada layanan medis, institusi kesehatan bisa menghadapi dampak jangka panjang. Mulai denda regulasi hingga tuntutan para pasien yang turut mengalami pelanggaran data pribadi. 

Dalam rilis belum lama ini, Kaspersky, perusahaan keamanan siber menjelaskan berbagai cara kerja ransomware tingkat tinggi dan cara melindungi diri dari ancaman tersebut.

Salah satu kasus yang paling banyak dibicarakan tahun lalu adalah serangan ransomware Ryuk di Universal Health Services (UHS) September lalu. Grup ini mengoperasikan 400 fasilitas medis di Amerika Serikat, Inggris Raya, dan negara lain. 

Untungnya, tidak semua rumah sakit dan klinik mengalami dampak. Tapi serangan itu melanda fasilitas UHS di beberapa negara bagian AS. Insiden itu terjadi pada hari Minggu pagi. Komputer perusahaan gagal melakukan booting, dan beberapa karyawan menerima permintaan uang tebusan. Jaringan telepon juga turut terpengaruh. Departemen TI harus meminta staf untuk bekerja dengan cara lama, yaitu tanpa TI. 

Secara alami, hal itu menyebabkan gangguan besar pada alur kerja klinik yang biasa, memengaruhi perawatan pasien, tes laboratorium, dan banyak lagi. Beberapa fasilitas bahkan harus merujuk pasien ke rumah sakit lain.

Sementara itu, sebuah insiden di Ascend Clinical, yang khusus melayani pengujian untuk penyakit ginjal, menghadapi kebocoran data yang memengaruhi lebih dari 77.000 pasien. Penyebab infeksi, seorang karyawan mengklik tautan di email phishing. Setelah menembus sistem, para pelaku kejahatan siber mendapatkan, antara lain, data pribadi pasien – nama, tanggal lahir, nomor jaminan sosial.

Serangan terhadap Magellan Health pada April 2020 membahayakan data pribadi karyawan dan pasien. Menurut laporan media, sebanyak 365.000 korban. Entah bagaimana para pelaku kejahatan siber melalui rekayasa sosial berhasil untuk menyamar sebagai klien, mendapatkan akses ke jaringan internal, menggunakan malware untuk mencegat kredensial masuk. Akhirnya mengenkripsi data pada server.

Secara umum, ketika menyerang fasilitas kesehatan, para pelaku kejahatan siber cenderung lebih menyukai mengenkripsi dan mencuri data dari server daripada workstation. Hal yang sama terjadi dengan server Institut Ortopedi Florida, ketika penyerang mengenkripsi data 640.000 pasien.

Kaspersky memberikan tips bagi institusi kesehatan untuk membentengi diri di dunia maya. 

• Melindungi seluruh perangkat dan tidak hanya komputer. Ponsel cerdas, tablet, terminal, kios informasi, peralatan medis, dan apa pun milik perusahaan yang mempunyai akses ke jaringan perusahaan dan Internet;
• Selalu perbarui semua perangkat.
• Instal solusi keamanan untuk melindungi email.
• Memberikan pelatihan kepada seluruh lapisan karyawan.
• Banyak serangan ransomware modern kini dilakukan dengan cara “manual”. Dengan kata lain, para pelaku kejahatan siber di balik serangan ransomware modern cenderung tidak menembakkan malware scattershot. Melainkan mencari cara untuk menginfeksi komputer dan server korban tertentu, yang seringkali menggunakan seni rekayasa sosial. (mrz)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER