Jumat, 22 Maret 2024
FINTECHNESIA.COM |

Pakar Siber Ini Menduga Human Error dan Serangan Siber di Balik Tumbangnya WhatsApp, Facebook, Instagram

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Trio Facebook, Whatsapp dan Instagram kembali mengalami down. Ini terparah sejak kejadian serupa terjadi pada 2019, saat itu down lebih dari 24 jam.

Kali ini layanan milik Mark Zuckerberg tersebut down selama 6 jam. Akibatnya banyak yang kebingungan. Terutama yang menjadikan Facebook, Whatsapp dan Instagram sebagai tools mata pencaharian.

Dalam keterangannya Selasa (5/10), pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan kemungkinan ada kesalahan pada DNS (Domain Name System). Namun apa yang menyebabkan DNS bermasalah tentu pihak Facebook yang lebih tahu.

DNS ini mengantarkan URL tertentu dalam hal ini facebook.com ke IP tertentu. “Dalam kasus ini ada yang menarik keluar authoritative DNS route yang memungkinkan semua jaringan internet berkomunikasi dengan Facebook. Hal ini bisa juga terjadi karena human error,” terang Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC ini, Selasa (5/10).

Pratama menambahkan, emungkinan ada kesalahan sistem memang cukup serius. Buktinya sistem untuk komunikasi di internal Facebook juga ikut down.

Berdasarkan keterangan internal Facebook, mereka menggunakan Outlook untuk berkomunikasi sementara, karena sistem komunikasi interna mereka juga ikut down. “Bahkan sejumlah pegawai Facebook langsung diturunkan ke pusat data mereka, untuk menangani masalah,” jela Pratama.

Baca juga: WhatsApp, Facebook dan Instagram Kompak Tumbang, Ini Penjelasan Resmi di Twitter

Menurutnya kemungkinan hilangnya authoritative DNS route pada Facebook semakin menguat dengan perbaikan yang harus dilakukan di pusat data FB. Artinya para engineer FB juga tidak bisa mengakses sistem FB dari luar pusat data, karena ketiadaan DNS.

Kemungkinan peretasan itu juga ada. Jika akar permasalahanya di DNS, penyebabnya bisa miss configuration oleh kesalahan manusia atau peretasan. Karena memang sudah berkali-kali down. “Kalau disebabkan kesalahan konfigurasi atau human error, sepertinya tidak mungkin bisa terulang terus,” imbuhnya.

Pratama menambahkan, kita tidak bisa terus menerus bergantung pada layanan asing. Sebaiknya pemerintah menjadikan kemandirian aplikasi siber sebagai salah satu program utama beberapa tahun mendatang.

“Kita perlu aplikasi medsos lokal, email lokal dan aplikasi chat lokal. Perlu dibangun bertahap, karena jangka panjang kita sangat perlu dalam era big data saat ini. Agar tidak semua potensi ekonomi digital dikuasai orang lain, belum lagi ini juga terkait pertahanan siber negara,” imbuh Pratama. (nau)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER