Jumat, 22 Maret 2024
FINTECHNESIA.COM |

Bank BNI Akan Mencaplok Bank BUKU I Atau II, Begini Kesiapannya

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Bank BNI dikabarkan bakal melakukan beberapa aksi korporasi di tahun ini. Salah satunya rencana mencaplok bank BUKU I atau BUKU II. Sebenarnya tahun lalu BNI sudah punya rencana aksi korporasi ini.

Sampai saat ini masih ada beberapa BUKU I atau BUKU II dengan modal yang cekak yang harus memenuhi ketentuan tersebut. Apabila rencana BNI tersebut akan dieksekusi maka sudah jelas bank-bank yang kekurangan modal inilah yang akan menjadi sasaran target akuisisi.

Soal permodalan sbukan jadi masalah untuk BBNI. Rasio kecukupan modal (CAR) hingga semester I 2021 masih terjaga di 18%. Di atas ketentuan minimum 12%.

Artinya untuk mengakuisisi suatu bank dengan biaya Rp 1 triliun – Rp 2 triliun bukanlah hal yang harus dikhawatirkan oleh bank berlogo angka 46 itu.

Ditambah lagi rencana memperkuat permodalan lewat penerbitan global bond. Untuk itulah BNI melakukan audit terhadap laporan keuangan interimnya untuk kuartal II tahun ini.

Di tahun 2021, BBNI telah menerbitkan globalbond tepatnya Maret lalu. Hasilnya permintaan dari investor membludak mencapai US$ 2,2 miliar atau setara Rp 31,2 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.200 per dollar AS.

Padahal targetnya hanya Rp 7 triliun. Artinya global bond BNI sampai oversubscribed hingga 4,4 kali.

Aksi korporasi BNI lain adalah rencana buyback saham. Rencana ini telah mendapatkan izin untuk periode 21 Juli – 21 Oktober 2021.

BNI sendiri telah menganggarkan buy back sebesar Rp 1,7 triliun. Dengan target paling sedikit 7,5% dari modal disetor.

Adanya aksi buy back memang dapat mendorong harga saham mengalami apresiasi karena berdampak pada penurunan suplai di pasar. Sepanjang Oktober 2021, harga saham BBNI telah naik lebih dari 20%. Tentu ini adalah return yang besar mengingat market cap BBNI tidaklah kecil.

Di sisi lain kinerja keuangan BBNI juga menunjukkan adanya perbaikan. Berdasarkan laporan keuangan interim auditan perseroan per Juni 2021, laba bersih BNI naik 12,8% year on year (yoy) menjadi Rp 5,03 triliun.

Kenaikan laba bersih tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan bunga maupun non-bunga lebih dari 15% yoy. Total dana murah (CASA) BBNI konsolidasian juga meningkat dobel digit hingga 11,5% yoy. Di saat yang sama, deposito BBNI menurun drastic 8,7% yoy.

Tren kenaikan CASA di tengah penurunan deposito membuat biaya dana (BBNI menjadi turun 1,2 poin persentase. Hal inilah yang menyebabkan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) mampu naik 0,4 poin persentase.

Apabila dilihat dari kualitas asetnya, memang ada peningkatan rasio kredit macet (NPL) sebesar 0,9 poin persentase menjadi 3,9% hingga semester I tahun ini.

Namun demikian rasio Loan at Risk (LaR) BBNI mencatatkan penurunan sebesar 2,2 poin persentase. Dengan adanya pencadangan yang mencukupi dan NPL coverage ratio hingga 215% maka NPL masih cenderung manageable.

Dari sisi aset penyaluran kredit BBNI juga mencatatkan pertumbuhan yang positif. Penyaluran kredit BBNI hingga paruh pertama tahun ini tumbuh 4,5% yoy di tengah pertumbuhan kredit industri perbankan yang cenderung terkontraksi hingga Juni 2021.

Adanya rencana untuk mencaplok bank BUKU I atau BUKU II, upaya memperkuat permodalan dengan risiko yang terkalkukasi secara cermat, aksi korporasi buy back saham dan perbaikan kinerja keuangan menjadi katalis positif untuk harga saham BNI. (hlm).


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER