Jumat, 22 Maret 2024
FINTECHNESIA.COM |

Penyesuaian Pajak Tangguhan, Laba Bersih Maybank Indonesia Turun 3,3% Menjadi Rp 1,06 Triliun

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Bank Maybank Indonesia mengumumkan laporan keuangan konsolidasi sembilan bulan 2021. Berdasarkan rilis, Ahad (31/10), laba sebelum pajak (PBT) tercatat Rp 1,48 triliun, naik sebesar 2,1% dari Rp 1,45 triliun pada periode sama tahun lalu. Didukung penurunan biaya provisi, biaya dana (cost of funds) dan overhead.

Sementara laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (profit after tax and minority interest) turun 3,3% menjadi Rp 1,06 triliun pada September 2021, dari Rp1,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Disebabkan penyesuaian perhitungan pajak tangguhan atau deferred tax.

Net interest income (NII) atau pendapatan bunga bersih turun 4,7% menjadi Rp 5,35 triliun pada sembilan bulan pertama 2021. Penyebabnya pertumbuhan kredit lebih rendah. Juga tren yield kredit (loan yield) menurun.

Tapi net interest margin (NIM), atau margin bunga bersih naik 6 basis point menjadi 4,8% pada September 2021. Didukung penurunan biaya dana (cost of fund).

Fee-based income turun 14,8% pada September 2021. Disebabkan menurunnya pendapatan fee transaksi Global Market.

Namun fee bancassurance bertumbuh 43,2% menjadi Rp 152 miliar pada September 2021. Secara kuartalan, pendapatan fee naik 4,8% menjadi Rp 522 miliar per September 2021 dari Rp 498 miliar di kuartal sebelumnya.

Sejak 2020, Maybank Indonesia mengambil langkah konservatif dan secara proaktif mencadangkan provisi pada portofolio di seluruh segmen bisnis, di tengah kondisi ekonomi yang menantang. Bank terus mendampingi debitur yang masih menghadapi tantangan dan menerapkan program restrukturisasi untuk menjaga kualitas aset.

Bank mencatat rasio NPL (konsolidasian) menjadi 4,6% (gross) dan 2,9% (net) pada September 2021. Disebabkan oleh penurunan kredit. Meskipun demikian, Bank juga mampu menekan NPL kredit sebesar 4,2%.

Dari sisi overhead, Bank berhasil mengendalikan biaya overhead, yang tercatat turun 3,5% menjadi Rp 4,26 triliun. Didukung pengelolaan biaya yang berkelanjutan di seluruh organisasi, sehubungan masih dilaksanakannya inisiatif work from home selama pandemi.

Total simpanan nasabah tercatat turun 12,6% menjadi Rp101,88 triliun oleh karena menurunnya simpanan berjangka (time deposits) sebesar 19,9%. Hal ini selaras strategi bank mempertahankan likuiditas yang kuat dan basis pendanaan yang efisien dengan mengurangi simpanan berbiaya tinggi.

Profil pendanaan Bank makin kuat, tercermin pada rasio CASA di level 44,7% dari total simpanan nasabah pada September 2021. Rasio tersebut meningkat dibanding 39,7% pada periode yang sama tahun lalu. CASA turun tipis 1,5% menjadi Rp45,54 triliun pada September 2021 dari periode yang sama tahun lalu.

Rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR bank saja) berada di posisi yang sehat, pada level 84,5%. Posisi permodalan melalui rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) tercatat 26,6% pada September 2021 dibanding 23,5% pada periode yang sama tahun lalu.

Total modal Bank tercatat naik menjadi Rp27,67 triliun pada September 2021.Dari Rp 26,66 triliun pada September 2020. (hlm)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER