Kamis, 25 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Prediksi Keamanan Siber 2022 dari Palo Alto Networks, Crypto Jadi Sorotan

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Pandemi COVID-19 mempercepat digitalisasi. Di sisi lain, para penjahat siber juga terus berkembang.

Dampak serangan ransomware mencapai skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mengancam ribuan organisasi di seluruh dunia dan bahkan menyandera infrastruktur penting.

Mereka makin canggih dalam melakukan serangan siber dengan menargetkan berbagai perusahaan dari berbagai industri.

Situasi pandemi memaksa aktivitas karyawan dalam bekerja harus lebih banyak di rumah. Sehingga, mengakses data perusahaan di luar jaringan perusahaan merupakan tantangan tersendiri agar tidak mereka menjadi target penjahat siber.

“Survei terbaru kami menemukan, perusahaan di Asia-Pasifik menjaga keamanan data secara komprehensif sebagai tantangan teratas. Terlebih saat memperluas kemampuan karyawan bekerja dari rumah,” jelas Field Chief Security Officer Palo Alto Networks Asia Pacifik dan Jepang, Ian Lim, Senin (13/12)

Dalam laporan terbarunya, Palo Alto Networks juga mengungkapkan lima prediksi keamanan siber di tahun 2022.

Pertama, meroketnya mata uang kripto seperti bitcoin. Saat ini mendorong cara baru penjahat siber dalam melakukan serangan siber di tahun mendatang.

Sifat mata uang kripto yang terdesentralisasi menawarkan anonimitas dan perlindungan identitas penjahat siber. Apalagi mata uang tidak terikat dengan bank sentral. Walhasil, sulit bagi regulator melakukan pelacakan.

Penjahat dunia maya dapat memindahkan hasil tidak sah mereka ke seluruh negara tanpa terdeteksi. Dan terlibat dalam pencucian uang untuk memicu kegiatan terlarang lebih lanjut.

Kedua, dengan semakin kaburnya batas antara fisik dan digital, siapa atau apa yang kita percayai akan semakin mempengaruhi keamanan siber kita. Penyerang siber sekarang memiliki ruang gerak yang semakin luas.

Ketiga, perekonomian API (application programming interface) mendorong era baru dari penipuan dan eksploitasi digital. Ketergantungan yang lebih besar pada layanan digital menghadirkan lebih banyak peluang bagi penjahat siber dalam melakukan pencurian identitas, penipuan, dan pengumpulan data yang tidak sah.

Keempat, penyerang akan menargetkan infrastruktur digital penting dari negara-negara. Akan muncul berbagai serangan yang semakin besar dan berani di tahun-tahun mendatang.

Kelima, tenaga kerja atau karyawan di perusahaan semakin membutuhkan solusi tanpa batas, termasuk solusi keamanan siber. Efek work from home (WFH), solusi untuk mendukung karyawan tentunya semakin diperlukan.

“Bekerja secara remote atau WFH menjadi perluasan dan menjadi pemicu bisnis maupun tim TI untuk mengadopsi teknologi yang dibutuhkan, terutama tentang keamanan informasi,” ujar Adi Rusli, Country Manager Palo Alto Networks, Indonesia. (eko)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER