Kamis, 25 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Reksadana ESG Global Batavia Prosperindo Asset Management Hadir di Pluang

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Aplikasi wealth tech, Pluang serta salah satu gerai penjualan efek reksadana PT Sarana Santosa Sejati (Pluang Grow) dan tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menggandeng kemitraan. 

Terbaru, menggandeng Batavia Prosperindo Asset Management (BPAM) memasarkan produk reksadana yang memberikan investor eksposur ke pasar saham global. Reksadana itu bernama Batavia Global ESG Sharia Equity USD.

Direktur Utama PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Lilis Setiadi mengatakan, bersama Pluang pihaknya antusias mengedukasi masyarakat tentang pentingnya investasi berkelanjutan atau ESG. 

“Kami percaya melalui investasi pada Reksa Dana Batavia Global ESG Sharia Equity USD, investor mempunyai kesempatan mendapatkan imbal hasil yang lebih baik, portofolio yang andal serta membuat dampak positif,” terang Lilis, pekan lalu. 

Dalam mengelola Batavia Global ESG Sharia Equity USD, BPAM menggandeng perusahaan manajer investasi terkemuka dunia BlackRock Inc. sebagai penasihat teknis. BlackRock Inc. merupakan perusahaan manajemen investasi multinasional Amerika yang berbasis di New York. 

Selain itu reksadana ini juga telah menggabungkan wawasan investasi manusia dengan teknologi mutakhir. Seperti big data dan machine learning

Isu-isu keberlanjutan merupakan hal yang sangat penting bagi Pluang. Produk reksadana USD ini adalah salah satu terobosan yang baik di industri wealth-tech. Seluruh proses pembelian hingga penjualan sekalipun dapat dilakukan melalui genggaman smartphone,” ucap Claudia Kolonas, Co-Founder Pluang.

Selain produk reksa dana ini, para pengguna juga dapat memilih 17 produk reksadana lain di aplikasi Pluang untuk melengkapi diversifikasi portofolio mereka.

Untuk membeli produk ini, investor harus menyelesaikan proses verifikasi data diri (KYC) dan mengisi rekening tabungan valas dengan denominasi dollar AS. Para investor dapat berinvestasi di reksa dana tersebut minimal US$ 10.000 atau sekitar Rp 140 juta. (eko)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER