Kamis, 25 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Teknologi Ikut Menjaga Kelestarian Lingkungan

BACA JUGA




Fintechnesia.com | Indonesia berupayuamenekan deforestasi. Ini tidak lepas dari peran serta masyarakat. Khususnya dalam mendeteksi dini kegiatan yang bisa menyebabkan deforestasi, seperti pembukaan lahan melalui illegal logging.

Dalam menjaga lingkungan, ada sejumlah teknologi. Berikat beberapa di antaranya, seperti dikutip dari rilis, pekan lalu.

  1. Teknologi kecerdasan butan (AI) untuk deteksi dini penebangan liar
    Artificial intelligence (AI) untuk menangkap suara-suara terkait kegiatan pengrusakan hutan. Misalnya penebangan pohon secara liar dan perburuan ilegal.
    Teknologi ini akan memilah jenis suara, di antaranya suara kendaraan, suara penebangan, suara tembakan. Kemudian dikirimkan dalam bentuk notifikasi. Dengan kecerdasan penangkapan suara ini,aparat keamanan bisa mendeteksi lebih tepat kegiatan para penebang liar.
    Teknologi ini dinamakan Guardian. Sebuah aplikasi teknologi digital yang diinisiasi oleh lembaga non-profit Komunitas Konservasi Indonesia Warung Informasi Konservasi (KKI Warsi) bekerjasama dengan National Committee of the Netherlands (IUCN), sebuah lembaga perserikatan dari Belanda yang bergerak di bidang konservasi dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.
    “KKI Warsi mulai menggunakan Guardian sejak tahun 2018. Alat ini membantu masyarakat di sekitar hutan nagari yang sudah melakukan praktik pengamanan dan perlindungan hutan sejak dahulu. Sejauh ini, terdapat 26 titik instalasi Guardian di area resmi pengawasan masyarakat seperti area hutan nagari Sumpur Kudus Sijunjung, Sumatera Barat,” kata Riche Rahma Dewita, Koordinator Program KKI-Warsi, pekan lalu
  2. Analisis Citra Satelit dan Drone untuk Pemantauan Tutupan Lahan
    Citra satelit ini banyak yang dibuka aksesnya ke publik sehingga dapat dianalisa lebih jauh sesuai dengan kebutuhan pengguna. Analisis inilah yang dilakukan oleh Yayasan Auriga Nusantara. Sebuah NGO yang bergerak di bidang konservasi sumber daya alam Indonesia.
    Dengan menganalisis beberapa jenis citra satelit sekaligus, seperti Landsat, Sentinel, SPOT, Yayasan Auriga Nusantara mendeteksi tutupan sawit nasional. Analisis yang dilakukan sejak 2019 ini menunjukkan bahwa tutupan sawit Indonesia berada di 247 kabupaten di 25 provinsi di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, dan Tanah Papua.

    “Yayasan Auriga Nusantara merupakan mitra kami sejak lama terkait penyediaan data pemetaan tutupan lahan sawit. Dengan data dari mereka, kami bisa membandingkan luas pemetaan sawit dengan izinnya. Selisih dari perhitungan ini bisa dikalkulasikan menjadi potensi pajak yang belum dibayar. Selain itu, kami menggunakan pemetaan ini untuk memastikan bahwa program replanting kelapa sawit akan tepat sasaran,” tutur Sulistyanto, Kepala Satuan Tugas (kasatgas) pada Direktorat Monitoring Komisi Pemberantasan Korupsi.

    Perlu dipahami bahwa sebuah data hadir dengan latar belakang dan metodologi tertentu. Sehingga perbedaan metodologi sangat mungkin menghadirkan angka yang berbeda. Maka, dialog data kita perlukan agar pijakan sebuah keputusan atau kebijakan menjadi lebih solid,” kata Timer Manurung, Ketua Yayasan Auriga Nusantara. (eko)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER