Selasa, 26 Maret 2024
FINTECHNESIA.COM |

Dahsyat, Laba Bank BNI Melompat Hampir Tiga Kali Lipat Menjadi Rp 10,89 Triliun

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Bank BNI berhasil membuat lompatan pemulihan kinerja positif pada tahun buku 2021. Laba bersih tahun 2021 tercatat Rp 10,89 triliun.

Angka itu tumbuh 232,2% year on year (yoy). Atau tiga kali lipat dari profit tahun 2020. 

Direktur Utama BNI, Bapak Royke Tumilaar menyampaikan, kinerja BNI 2021 tercatat sanggat menggembirakan laba bersih tersebut mampu melampaui ekspektasi pasar.

Pencapaian Laba bersih ini dihasilkan dari Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan (PPOP) yang tumbuh kuat 14,8% yoy. Sehingga mencapai Rp31,06 triliun. 

Pencapaian ini bahkan menjadi yang tertinggi yang pernah dihasilkan BNI. Lebih tinggi dari pendapatan operasional sebelum pandemi. Selain itu, upaya perbaikan kualitas kredit melalui monitoring, penanganan dan kebijakan yang efektif membuat cost of credit membaik menjadi 3,3%. 

Peningkatan pendapatan operasional bank dihasilkan dari pertumbuhan kredit yang sehat sebesar 5,3% yoy menjadi Rp 582,44 triliun. Net interest margin (NIM) yang tangguh di level 4,7%.

Serta pendapatan berbasis komisi atau fee based. Yang pada akhir tahun 2021 tercatat tumbuh 12,8% yoy. BNI mempercayai, masih terdapat ruang untuk terus tumbuh kedepannya. 

“Kami menutup tahun 2021 dengan peningkatan laba bersih tiga kali lipat dari perolehan 2020 dan kami yakin itu sudah berada di atas ekspektasi pasar. Kami pun sepenuhnya memahami bahwa ada ruang untuk peningkatan lebih baik lagi depan,” kata Royke, Rabu (26/1).

Pendorong utama kredit selama tahun 2021 adalah sektor business banking terutama pembiayaan ke segmen korporasi zwasta yang tumbuh 7,6% yoy menjadi Rp 180,4 triliun.

Baca juga: Persaingan Bank Digital Makin Seru, Bank BNI Akan Menguasai Bank Mayora 63,92%

Lalu segmen large commercial yang tumbuh 10,4% yoy menjadi Rp 40,9 triliul. Segmen kecil juga tumbuh 12,9% yoy dengan nilai kredit Rp 95,8 triliun. Secara keseluruhan kredit di sektor business banking ini tumbuh 4,5% yoy menjadi Rp 482,4 triliun. 

Sementara di sektor consumer, kredit terbesar yang tumbuh adalah kredit payroll, yaitu naik 18,3% yoy menjadi Rp 35,8 triliun.

Kemudian kredit kepemilikan rumah (mortgage) tumbuh 7,7% yoy menjadi Rp 49,6 triliun. Secara keseluruhan kredit consumer tumbuh 10,1% yoy menjadi Rp 99 triliun. 

Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini memaparkan, peran pendapatan non bunga atau fee based juga tergolong semakin kuat pada pencapaian 2021. Fee based pada akhir tahun 2021 tumbuh 12,8% yoy menjadi sebesar Rp 13,64 triliun.

“Didukung fee consumer dan fee business banking. Masing – masing tumbuh 6,0% dan 10,7% yoy. Sehingga menandai pemulihan yang kuat dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Novita.

Pertumbuhan kredit ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 729,17 triliun atau tumbuh 15,5% yoy, dan membawa BNI pada situasi likuiditas yang sangat mencukupi dan jauh melampaui pertumbuhan kredit tahun lalu. 

Penghimpunan DPK ini menguat di Kuartal IV 2021, meskipun suku bunga simpanan terus menurun. Bekal DPK tersebut membuat BNI memiliki cadangan likuiditas yang tangguhi.

Dana murah atau CASA BNI juga masih mendominasi DPK. Yaitu terjaga pada level 69,4% dari seluruh DPK. CASA terdongkrak hingga 17,1% yoy menjadi Rp 506,06 triliun. “Pertumbuhan dana murah ini mendorong perbaikan cost of fund dari 2,6% pada akhir tahun 2020 menjadi 1,6% tahun 2021,” imbui Novita. (sen) 


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER