Rabu, 17 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Cegah Maling Digital, Lebih dari 65% Pengguna Bank Digital dan E-Money Memilih OTP Melalui SMS

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Penelitian Kaspersky baru-baru ini menunjukkan, pengguna pembayaran elektronik di Asia Tenggara menjadi semakin sadar akan pentingnya menjaga data keuangan. Mereka pun memahami kehadiran fitur keamanan tambahan. Dan berharap diharapkan dapat diterapkan oleh bank dan para penyedia dompet seluler.

Penelitian ini menemukan, lebih dari tiga dari lima (67%) pengguna aplikasi perbankan digital dan e-wallet di Asia Tenggara lebih memilih penerapan kata sandi satu kali atau one-time-passwords (OTP) melalui SMS untuk setiap transaksi.

Mayoritas responden juga ingin melihat penerapan otentikasi dua faktor atau 2FA (57%). Serta fitur keamanan biometrik seperti pengenalan wajah atau sidik jari (56%).

Penerapan OTP menjadi prioritas utama bagi konsumen di sebagian besar negara Asia Tenggara. Termasuk Indonesia (67%), Malaysia (66%), Filipina (75%), Thailand (63%), dan Vietnam (74%) – kecuali Singapura. Di negara itu, otentikasi dua faktor menjadi perhatian paling mendesak (65%).

Para pengguna pembayaran digital juga menyambut baik penggunaan pembelajaran mesin (machine learning) dalam memerangi serangan rekayasa sosial. Hampir setengah (40%) mencatat, perusahaan harus mulai mencegah penipuan/penipuan online secara otomatis berdasarkan perilaku pembelanjaan dan/atau riwayat transfer spengguna.

Lebih dari seperempat (28%) juga mengatakan Tokenisasi – proses melindungi data sensitif dengan menggantinya dengan nomor yang dihasilkan secara algoritmik yang disebut token – juga dapat meningkatkan keamanan aplikasi mobile banking dan pembayaran elektronik di wilayah tersebut.

Perusahaan pembayaran jangan hanya berkutat pada inovasi. Juga pada postur keamanannya. “Fitur keamanan ini adalah tindakan pencegahan bermanfaat yang berpotensi meningkatkan standar keamanan siber di ruang pembayaran digital. Namun, opsi ini tidak boleh dilihat secara terpisah, melainkan dianggap sebagai bagian dari kerangka kerja keamanan siber holistik,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, pekan lalu.

Penggunaan otentikasi dua faktor, misalnya, memiliki keterbatasan, terutama dalam hal otentikasi berbasis SMS.

Pesan SMS yang mengandung kata sandi dapat dicegat oleh Trojan yang ada di dalam ponsel cerdas. Atau oleh kerusakan pada protokol SS7 yang digunakan untuk mengirimkan pesan. Sehingga membuat 2FA berbasis SMS terkadang tidak dapat diandalkan.

Dalam kasus seperti itu, disarankan untuk menggunakan aplikasi autentikator mandiri. Dengan SMS hanya digunakan sebagai upaya terakhir untuk membatasi kerentanan perusahaan terhadap pelanggaran data.

Saat memilih penyedia e-wallet seluler, keamanan tetap menjadi prioritas bagi pengguna pembayaran digital di Asia Tenggara. Lebih dari setengah (58%) mengatakan, mereka akan menggunakan e-wallet yang mencakup fitur keamanan ekstra seperti sidik jari dan 2FA.

Sementara lebih dari sepertiga (37%) mengatakan mereka akan menggunakan aplikasi perbankan atau dompet seluler dari penyedia yang belum pernah terlibat alam kasus pelanggaran data atau serangan siber sebelumnya.

“Kami menyarankan perusahaan menentukan celah keamanan siber di setiap tahap proses pembayaran mereka. Dan menyesuaikan langkah-langkah TI yang tepat dengan cara yang dikalibrasi,” imbuh Yeo. (eko)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER