FinTechnesia.com | Youtap Indonesia, membuka peluang pelaku usaha yang telah bergabung terkoneksi. Termasuk dengan mitra supplier.
Dikenal sebagai aplikasi pencatatan digital hingga pembayaran non tunai, kini Youtap memperkenalkan inovasi terbarunya untuk mempermudah para pelaku usaha UMKM dalam membeli stok dari mitra supplier dengan harga bersaing lewat fitur Belanja Stok.
Lewat kehadiran fitur Belanja Stok, diharapkan Youtap bisa terus membuka rantai pasok baru. Saat ini Youtap sudah memiliki mitra besar seperti Sosro dan Japfa. Keduanya telah bergabung di dalam perkembangan ekosistem Belanja Stok Youtap.
Herman Suharto, CEO Youtap Indonesia menjelaskan, selain membantu pelaku UMKM untuk membuka ladang bisnis baru dalam mengembangkan usaha, Youtap juga memfasilitasi penjualan produk-produk dari mitra supplier melalui para merchant UMKM kami yang kini sudah tersebar di 510 kota.
Dengan bergabung ke ekosistem Youtap, mereka dapat terhubung ke lebih dari 250.000 merchant lain lewat paket jualan yang dihadirkan.
“Diharapkan ke depan, mitra serta merchant kami meningkatkan bisnis agar terus tumbuh dan semakin besar,” kata Herman, pekan lalu
Melalui Belanja Stok, pelaku usaha tidak perlu lagi keluar rumah maupun menutup toko saat berbelanja kebutuhan barang usaha. Pelaku usaha dapat menghemat waktu belanja dan menyederhanakan proses pengelolaan usahanya secara efisien hanya melalui portal usaha.
Bahkan, pelaku usaha bisa memilih menyetok barang secara berlangganan agar bisa diantar setiap satu kali dalam sepekan. Dengan penggunaan Belanja Stok dari Youtap, pelaku usaha dapat sekaligus melakukan pencatatan transaksi belanja. Sehingga riwayat belanja barang pun dapat terekap secara lengkap dan rapi.
Alur pembayaran Belanja Stok sangat mudah. Pelaku usaha bisa menggunakan pembayaran QRIS dompet digital atau melalui virtual account.
“Lewat integrasi yang kami berikan untuk setiap layanan, baik dari Tablet Usaha, hingga Portal Usaha, diharapkan pemilik usaha dapat dengan mudah mengelola usahanya menggunakan teknologi. Hingga mendorong mereka semakin berdaya di era digitalisasi,” tutup Herman. (nin)