FinTechnesia.com | Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mendorong perusahaan asuransi berinovasi dan bertransformasi. Tujuannya agar siap menghadapi tantangan di tengah era digital. Pandangan AAJI tersebut terungkap dalam Digital & Risk Management in Insurance (DRiM) 2020.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Riswinandi menjelaskan, OJK mendorong transformasi teknologi dalam pelaksanaan proses bisnis dan optimalisasi teknologi Dari sisi konsumen, pemanfaatan teknologi memberikan akses berinteraksi dan menjalin komunikasi tanpa harus tatap muka.
OJK telah mengeluarkan relaksasi pemasaran Produk Asuransi Yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI) secara digital. Dan berharap industri asuransi jiwa menjalankan dengan hati-hati serta mengutamakan aspek perlindungan.
“OJK tengah merumuskan guideline mitigasi penyelenggaraan layanan elektronik. Dan akan berkoordinasi dengan industri agar guideline sesuai praktik bisnis industri dan juntuk keperluan pengawasan regulator,” terang Riswinandi, dalam keterangan Jumat (14/8).
Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon menyampaikan, industri asuransi jiwa tetap berkomitmen melaksanakan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam memanfaatkan teknologi. AAJI menyambut baik kebijakan OJK terkait relaksasi proses penjualan produk asuransi. Yakni melalui media video conferencing dan tanda tangan digital.
Pembayaran total klaim dan manfaat industri asuransi meningkat 4,1% untuk periode kuartal I 2020. Dari Rp 34,1 triliun menjadi Rp 35,92 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
AAJI juga mencatat, industri asuransi jiwa telah membayarkan klaim asuransi terkait Covid-19 sebesar Rp 216,02 miliar untuk 1,642 polis di kuartal II tahun 2020. Meski pemerintah telah menyatakan kondisi pandemi. Artinya biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah. (yof)