FinTechnesia.com | Jangan remehkan perempuan. Studi Center For Digital Society Universitas Gadjah Mada bersama dengan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menunjukan, dengan melibatkan perempuan pada ekosistem ekonomi digital memberikan kontribusi pada peningkatan inklusi keuangan. Juga kemajuan usaha, keuangan keluarga dengan menabung, pendidikan anak, dan peranan perempuan dalam keputusan rumah tangga.
Aria Widyanto, Chief Risk and Sustainability Amartha mengatakan, salah satu tantangan utama melibatkan perempuan dalam ekosistem ekonomi digital adalah teknofobia. “Hambatan terbesar dari ketakutan menggunakan aplikasi digital untuk menjalankan aktivitas keuangan. Seperti menabung, mengajukan pembiayaan, serta berdagang dan melakukan pembayaran secara online,” terang Aria, Jumat (11/12).
Selain itu, bagi perempuan di pedesaan, prinsip memegang uang tunai adalah keharusan. Prinsip tersebut berdasarkan aktivitas ekonomi secara tunai Selain itu akses pada ekonomi digital dirasa sangat merepotkan dan sulit diakses dalam bentuk ATM maupun internet banking.
Keterlibatan ekosistem ekonomi digital Indonesia, khususnya dalam layanan fintech pendanaan juga masih relatif rendah. Hal ini didukung data yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan tentang Perkembangan Fintech Lending pada Oktober 2020 lalu. Jumlah peminjam perempuan dalam fintech lending hanya 47,07%, dibanding laki-laki dengan persentase 52,83%.
Amartha berupaya melibatkan lebih banyak lagi perempuan khususnya di desa dalam ekosistem ekonomi digital. Dengan menyediakan produk keuangan digital yang sederhana dan disesuaikan kebutuhan masyarakat desa. Seperti pinjaman mikro, tabungan mikro, asuransi mikro dan lain sebagainya.
Partisipasi perempuan dalam ekosistem ekonomi digital melalui Amartha adalah pembiayaan untuk modal usaha produktif mulai dari Rp 3 juta. Mitra akan mendapatkan modal secara utuh tanpa potongan, tanpa jaminan, serta pelatihan serta pendampingan secara rutin agar mitra dapat mandiri dan sejahtera. (sya)