Kamis, 25 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Bank Harus Menjadi Solusi dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Berbeda dengan krisis Asia maupun krisis global yang terjadi sebelumnya, dampak pandemi Covid-19 terasa di segala sektor. Tak terkecuali sektor keuangan. Oleh kembaga perbankan berperan penting memastikan kondisi ekonomi dalam keadaan stabil selama pandemi Covid-19.

Mengutip rilis Rabu (13/1), laporan mingguan Bank DBS Indonesia menyebutkan, peran bank sangat signifikan untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi. Laporan yang bertajuk “Asia’s Banks, Problem or Solution?” tersebut menekankan, bank-bank di Asia masih memiliki neraca keuangan relatif kuat. Sehingga dapat secara aktif terlibat dalam program pinjaman dan kebijakan yang fleksibel.

Di Asia, sebagian besar bank dalam kondisi yang baik sejauh ini. Rasio kecukupan modal secara keseluruhan telah meningkat atau tetap datar di sebagian besar negara dalam dekade terakhir,. Rasio kecukupan modal secara keseluruhan relatif meningkat atau stagnan di sebagian besar negara, kecuali India dan Filipina. Sementara itu, tier 1 capital buffers menunjukkan tren peningkatan berkat didorong oleh regulasi yang kuat dari Bank for International Settlements (BIS) dan otoritas keuangan nasional.

Sayangnya, pandemi semakin memperburuk perekonomian. Sehingga bank diprediksi menghadapi peningkatan kredit macet. Namun, suku bunga rendah dan peraturan yang lebih fleksibel kemungkinan akan menekan risiko ini.

Agustin Carstens, General Manager di BIS, menyerukan pentingnya peran bank mengatasi ancaman resesi yang telah di depan mata. Menurut Carstens, bank harus menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. “Sekaranglah waktunya untuk memanfaatkan akumulasi penyangga neraca yang telah ditingkatkan saat masa keemasan sebelumnya,” ujar Carstens seperti dikutip dari Financial Times.

Dalam laporan Bank DBS Indonesia, sektor perbankan diprediksikan siapmendukung penyelesaian krisis yang sedang berlangsung, meskipun bukan berarti tanpa risiko sama sekali. Oleh karena itu, meskipun industri perbankan akan tetap siap mengawal pemulihan perekonomian nasional, tapi akan tetap memperhatikan beberapa kondisi.

Adapun tantangan lain yang saat ini menjadi kekhawatiran sektor perbankan. Di antaranya rasio kredit di kawasan ini cukup tinggi, serta rasio pembayaran utang cukup tinggi meskipun tier 1 capital buffers telah meningkat hampir di semua wilayah. Ketika dukungan kebijakan stimulus berakhir, beberapa bisnis dan rumah tangga diprediksi menghadapi kesulitan yang pada gilirannya bisa mengganggu kualitas aset bank di level regional.

Penyebabnya bank-bank di Asia pada umumnya mengalami peningkatan utang rumah tangga dan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Di samping itu, rasio pembayaran utang sektor swasta juga meningkat, terutama di Tiongkok, Hongkong, dan Korea Selatan.

Bahkan sebelum pandemi melanda, pemberi pinjaman sektor swasta di Asia memprediksi rasio pembayaran utang lebih berat selama setengah dekade terakhir. Alhasil diperlukan stimulus kebijakan melalui suku bunga rendah, ketentuan likuiditas yang lebih fleksibel dan program dukungan pemerintah yang memungkinkan untuk menjaga agar risiko kredit tidak terlalu mengkhawatirkan. (eko)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER