Rabu, 27 Maret 2024
FINTECHNESIA.COM |

Fintech Lending Penggerak Utama Transformasi Ekonomi Digital UMKM Pasca Pandemi Covid-19

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Teknologi finansial peer to peer lending atau fintech pendanaan berperan sebagai penggerak utama mempercepat transformasi ekonomi digital khususnya sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengatakan, penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi membutuhkan transformasi digital ekonomi melalui fintech.

Menurutnya, fokus inklusi keuangan bukan pada gerakan menabung. Tapi pada pemberian permodalan ke sektor UMK Informal dan cara tercepat dengan mendigitalisasi mereka. “Dengan transformasi digital, besarnya potensi digital Indonesia di tahun 2025 kita bisa mencapai US$ 133 miliar,” ujarnya, Selasa (15/12)

Dari 64,19 juta UMK, sebanyak 64,13 juta adalah UMK di sektor informal. Salah satu motor utama mempercepat transformasi digital mendapat dukungan fintech pendanaan, yang memiliki kelebihan pada inovasi dan kecepatan menjangkau pelaku UMK informal. Fintech Pendanaan menjadi strategi penting memperluas dan mempercepat inklusi dan digitalisasi keuangan untuk kesejahteraan masyarakat.

Senior Ekonom INDEF, Aviliani mengatakan, fintech saat ini sangat berarti bagi ekonomi indonesia. Inklusi finansial tanpa fintech tidak mungkin terjadi. Justru adanya fintech itulah pertama kali UMKM banyak tersentuh di dalam satu peminjaman, khususnya adalah Fintech Pendanaan. “”Sekarang banyak sekali UMKM formal dan informal yang dapat pinjaman dari fintech pendanaan,” ujar Aviliani.

Fintech pendanaan telah menyalurkan Rp 137,66 triliun kepada masyarakat. Dan memiliki 40 juta pengguna di seluruh Indonesia yang sebagian besarn adalah pelaku UMKM.

Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian dan Pengembangan Fintech Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Munawar Kasan, menyatakan di tahun 2021, tantanga fntech pendanaan membangun pangsa pasar dalam ekosistem sangat besar dan menjadi kunci kesuksesan dan kesinambungan bisnis.

“Selain itu platform juga diharapkan dapat memberikan nilai tambah. Tidak hanya pinjaman, tetapi turut mengatasi persoalan peminjam dan mengembang kan bisnis peminjam,” tambahnya.

Amartha sebagai fintech pendanaan yang berfokus pada pemberdayaan perempuan di di desa, berupaya meningkatkan inklusi keuangan digital. Melalui penciptaan produk yang sesuai kebutuhan sektor UMKM informal. Amartga menerapkan framework strategi inklusi keuangan yang terdiri dari tiga pilar.

Pertama, menciptakan produk keuangan yang sederhana dan mudah dimengerti oleh mereka. Kedua mengurangi biaya transaksi dengan menghadirkan layanan keuangan digital di tempat tinggal pengguna, termasuk dengan cara difasilitasi agen di lapangan misalnya. Ketiga, mengurangi barrier of access yang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor geografis tetapi juga faktor pengetahuan dan infrastruktur digital.

Chief Risk and Sustainability Officer Amartha, Aria Widyanto menambahkan, literasi keuangan dan literasi digital harus berjalan beriringan. “Tidak bisa satu dilepaskan. Ini adalah kesempatan memodernisasi UMKM agar bisa lebih kompetitif, efisien, dan juga memiliki kapasitas yang lebih besar agar bisa naik kelas,” terang Aria. (eko)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER