Rabu, 17 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Meski Ekonomi Sulit, Tahun Lalu Kredit Bank Sampoerna Masih Tumbuh 8%

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Menutup tahun 2019, Bank Sahabat Sampoerna menyalurkan kredit sebesar Rp 7,8 triliun. Tumbuh 8% dibandingkan akhir tahun 2018. Sekitar 62% pinjaman atau sebesar Rp 4,9 triliun mengalir pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Bank Sampoerna mencatatkan pendapatan bunga sebesar Rp1,3 triliun sepanjang tahun 2019. Meningkat 17% ketimbang tahun 2018.

Peningkatan kredit juga berkorelasi langsung dengan aset Bank Sampoerna. Total Aset per 31 Desember 2019 sebesar Rp 11,5 triliun, atau meningkat 17% dibandingkan tahun sebelumnya. Dana pihak ketiga Bank Sampoerna meningkat 23% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 9,7 triliun. Pemberdayaan UMKM tetap menjadi fokus utama Bank Sahabat Sampoerna”, ucap Ali Rukmijah, Direktur Utama Bank Sampoerna, dalam rilis pekan lalu.


Sepanjang tahun 2019 Bank Sampoeerna meningkatkan pencadangan kredit. Sehingga rasio
pencadangan kredit terhadap non-performing loan (NPL) atau kredit bermasalah pada akhir 2019 menjadi 68.6% dari sebelumnya 56,8%. Dengan demikian laba Bank Sampoerna
ditutup sebesar Rp 19 miliar di tahun 2019. “Dengan rasio pencadangan kredit yang lebih baik, Bank Sampoerna akan lebih siap menghadapi tantangan 2020,” ujar Henky Suryaputra, CFO Bank Sampoerna. Peningkatan penyisihan penurunan nilai kredit yang menyebabkan penurunan laba di tahun 2019 tidak akan terjadi lagi di tahun 2020.

Rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) Bank Sampoerna berada pada tingkat 21,08%. Jauh lebih tinggi daripada persyaratan regulator sebesar 10%. Juga lebih tinggi daripada angka per akhir 2018 yang berada pada tingkat 19,51%. Hal ini tak dapat dipisahkan dari tambahan modal dari pemegang saham yang berjumlah Rp 265 miliar sepanjang tahun 2019.

Modal inti Bank Sampoerna sendiri per akhir 2019 adalah Rp 1,6 triliun. Dibandingkan modal inti Bank Sampoerna 5 tahun lalu yang kurang dari Rp 600 miliar, terjadi peningkatan lebih dari
1,5 kali lipat. Peningkatan modal inti selain berasal laba ditahan, juga berasal dari tambahan modal disetor. (eko)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER