Rabu, 24 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Peningkatan Platform Digital dan COVID Mengubah Lanskap Industri Asuransi di Indonesia

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Teknologi dan Covid 19 mengubah segalanya. Hasil studi Swiss Re terbaru menunjukkan, meningkatnya e-commerce dan dompet digital, menghadirkan peluang kemitraan perusahaan asuransi dan platform digital.

Kemitraan menjembatani kesenjangan perlindungan kesehatan senilai US$ 82 miliar atau lebih dari Rp 1,1 triliun di Indonesia. Hasil survei menunjukkan, responden di Indonesia lebih menyukai platform
digital baru. Aeperti aplikasi e-commerce dan metode pembayaran digital.

Responden lebih memilih membeli perlindungan penggantian biaya medis dan penggantian pendapatan melalui digital. Swiss Re Institute melakukan survei terhadap 1.800 konsumen di India, Indonesia, dan Malaysia pada Juni 2020. Tujuannya, memahami sikap mereka terhadap platform digital dan persepsi mereka dalam membeli asuransi secara online.

“Dengan semakin banyaknya platform digital yang memperluas jangkauan bisnis ke layanan keuangan, perusahaan asuransi harus menyesuaikan model bisnis mereka agar lebih relevan dan responsif
terhadap kebutuhan nasabah,” terang Jolene Loh, Head Client Markets, Life & Health Asia Tenggara, Swiss Re, Selasa (2/1).

Platform digital memiliki tingkat Penetrasi yang tinggi di Indonesia. Lebih dari 90% responden menggunakan saluran ini setidaknya sekali dalam tiga bulan sebelum survei.

ShopeePay adalah yang paling populer di Indonesia digunakan 74% responden setidaknya sekali sepekan. Lalu aplikasi atau situs web e-commerce (61%), platform komuter terhubung (59%), dan aplikasi pelacak kesehatan (55%).

Jalur tradisional, seperti agen, pialang, atau
referal, masih menjadi saluran utama pencarian informasi terkait asuransi di Indonesia. Namun, 76% responden di Indonesia menyatakan minatnya menggunakan saluran online untuk membeli asuransi.
Konsumen Indonesia menunjukkan preferensi lebih kuat untuk membeli asuransi melalui dompet digital dan platform e-commerce.

Aplikasi dan tarif premi terbaik merupakan alasan utama di ketiga pasar (India, Indonesia, Malaysia). Namun, responden juga mengungkapkan berbagai kekhawatiran ketika membeli asuransi secara online. Setengah dari responden Indonesia merasa tidak
yakin akan mendapatkan dukungan yang memadai, terutama ketika mereka membutuhkan bantuan.

Sementara 40% responden masih memilih mendapatkan penjelasan tentang ketentuan asuransi dari agen. “Hasil survei kami menunjukkan bahwa meskipun asuransi digital makin populer, dukungan offline masih diperlukan karena kebutuhan akan
panduan dan bantuan. Penting bagi perusahaan asuransi untuk menerapkan pendekatan multi-channel untuk melengkapi perjalanan pelanggan online dengan bantuan pribadi untuk mengatasi masalah
konsumen,” imbuh Jolene. (hlm)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER