Selasa, 26 Maret 2024
FINTECHNESIA.COM |

Saat Pandemi, Milenial Bisa Terapkan Gaya Hidup Frugal, Begini Caranya

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Saat pandemi, banyak hal berubah signifikan. Termasuk gaya hidup dan pengelolaan keuangan. Kita dipaksa berhemat, memiliki dana darurat sebagai jaring pengaman.

Saat pandemi, hidup kita sangat dekat dengan berbagai risiko. Misalnya kehilangan penghasilan, sakit mendadak karena virus covid-19 hingga kematian. Salah satu cara berhemat dengan menabung dan menyiapkan dana darurat.

Mereka yang sadar akan pentingnya perencanaan keuangan juga mulai menerapkan frugal living. Ini adalah gaya hidup hemat, minimalis, dan cermat mengambil keputusan agar tidak ada pengeluaran berlebih atau sia-sia.

Menjalani gaya hidup frugal, kita memprioritaskan pengeluaran penting vs tidak penting. Pilihan gaya hidup ini mungkin terlihat tidak menyenangkan dan bertolak belakang dengan gaya hidup milenial yang cenderung konsumtif. Mereka yang menerapkan gaya hidup frugal kerap dicap ‘pelit’. Apakah pelit dan gaya hidup frugal sama? Jawabannya tidak.

Branding and Communication Strategist MiPOWER by Sequis, Ivan Christian Winatha menyatakan, gaya hidup frugal berarti mengutamakan nilai suatu barang. Yaitu bukan dari harga melainkan kualitas.

Contohnya, jika membeli sepatu baru karena sepatu yang ada sudah rusak, akan memilih sepatu dari bahan yang tahan lama untuk jangka panjang meskipun harga sedikit lebih mahal. Bukan sepatu murah yang hanya bertahan beberapa bulan. Jadi, gaya hidup ini bukan pelit, justru menghindari segala sesuatu yang bersifat boros.  

Dengan disiplin menerapkan gaya hidup frugal sejak dini kita akan terbiasa melakukan prioritas saat akan berbelanja termasuk pada hal-hal yang kita anggap penting pun tetap melakukan pertimbangan.  “Dampak panjangnya, lebih mudah meraih kebebasan finansial. Tidak terlilit utang dan bisa menikmati hidup seandainya kelak memilih untuk pensiun dini,” sebut Ivan, Selasa (9/3).

Bagaimana cara memulai gaya hidup ini? Hal pertama mengevaluasi kembali cash flow. Anggaran yang hanya memberi kesenangan sesaat dan tidak terlalu mendesak sebaiknya dicoret.

Dengan menghilangkan atau mengurutkan pengeluaran dari yang paling perlu ke pengeluaran yang bisa ditunda. Sehingga dapat meningkatkan jumlah uang yang bisa ditabung.

Selanjutnya, catat pengeluaran harian agar mudah melakukan evaluasi pada bulan berikutnya bilamana pendapatan atau gaji berikutnya diterima.

Hal kedua, yaitu memanfaatkan promo dan diskon dan terapkan hanya untuk barang yang memang benar-benar dibutuhkan. Dengan memanfaatkan promo berarti bisa menghemat pengeluaran dan ada sisa uang yang bisa disimpan. Hilangkan keinginan untuk mendapat pengakuan status sosial dari lingkungan.

Seperti mengganti gadget berbasis Android menjadi iOS demi ikut aplikasi kekinian clubhouse. Padahal, informasi bisa didapat dari sumber lain. Seperti discord group, portal berita, webinar, YouTube dan podcast.

“Milenial perlu bijaksana untuk mengetahui perbedaan kebutuhan dan keinginan dan memilah mana yang harus dipenuhi segera dan yang masih bisa ditunda atau dihilangkan. “Penuhi saja apa yang kita butuhkan, bukan apa yang orang lain nilai bahwa kita membutuhkannya,“ terang Ivan.

Terkait pengaruhnya pada kesehatan, Ivan menyarankan milenial memiliki asuransi kesehatan. Dan menjadikannya sebagai prioritas sesegera mungkin. Karena asuransi adalah upaya melindungi aset dengan cara murah dan terjangkau jika dimiliki sedini mungkin.

Melalui asuransi, salah satunya Sequis Q Infinite MedCare dengan limit pertanggungan hingga Rp 90 miliar per tahun. Jika dirawat inap, semua biaya perawatan ditanggung sesuai tagihan dan plan yang diambil. “Sehingga sangat sesuai gaya hidup frugal, yaitu gaya hidup yang memilih untuk hemat, minimalis, dan cermat dalam mengambil keputusan,” terang Ivan. (yof)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER