Sumbang Sepertiga Populasi, Ini yang Terjadi Jika Seluruh Milenial Melek Keuangan

Fintechnesia.com | Tahun ini Indonesia mulai menghadapi fase bonus demografi dengan usia milenial mencapai sepertiga atau 34% dari total populasi. Hampir semua pelaku industri, termasuk sektor keuangan, berlomba-lomba menggarap potensi menggiurkan ini.

Bagi industri financial technology (fintech), generasi milenial pun menyumbang persentase basis konsumen yang besar. Di sisi lain, seringkali generasi milenial dianggap memiliki strategi investasi dan pengelolaan keuangan yang baik.

Salah satunya sebuah studi yang berjudul “Alvara Indonesia: Gen Z and Millennial Report 2019” menunjukan, milenial hanya mampu mengalokasikan pendapayan mereka untuk ditabung kurang dari 10%. Pengaruh gaya hidup yang dinamis ditambah minimnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan menjadi tantangan bagi generasi milenial untuk mengatur keuangan. Padahal, peningkatan kapasitas milenial dalam pengelolaan keuangan mampu menjadi stimulan penggerak roda ekonomi negara, terlebih jika mengingat jumlah populasinya.

Sebagai salah satu pelaku industri digital lending, Kredivo melihat potensi dan dampak yang luar biasa jika milenial yang dikenal melek digital juga mampu menjadi generasi melek keuangan. “Salah satu faktor pendukung untuk menjadikan sebuah negara sehat secara ekonomi, masyarakatnya yang harus  sehat secara finansial. Kami melihat urgensi untuk membantu milenial agar mampu menerapkan sistem keuangan yang sehat dan akhirnya Memberikan kontribusi yang signifikan serta mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara,” ungkap Lily Suriani, General Manager Kredivo, dalam keterangannya, Kamis (29/1).

Twice KPop
KPop, digandrungi milenial

Berikit dampak signifikan ketika milenial melek keuangan. Pertama,  pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Milenial yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola keuangan dan mudah mendapatkan akses layanan finansial, seperti kredit usaha, asuransi dan instrumen investasi lainnya.

Kedua, peningkatan sumber daya manusia. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) meliha korelasi di antara banyaknya masyarakat yang memiliki kemampuan literasi keuangan dengan skor PISA (Programme for International Student Assessment) yang ada pada negara tersebut melalui edukasi kemampuan keuangan (financial education). Kemampuan untuk melek keuangan berdampak langsung kepada peningkatan kualitas SDM, ketika individu tersebut belajar bagaimana menganalisis masalah, membuat keputusan, dan mengukur risiko dalam permasalahan ekonomi yang ada.

Ketiga, pengentasan kemiskinan negara. Beberapa penelitian membuktikan, di era globalisasi ini, baik peningkatan literasi keuangan, kesadaran menabung, dan akses terhadap jasa keuangan formal sangatlah diperlukan agar dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kondisi ekonomi, terutama bagi generasi milenial yang menjadi penggerak ekonomi bangsa. (frd)