FinTechnesia.com | Berdasarkan hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga dan Kementerian UMKM, wabah virus corona berdampak besar terhadap keberlangsungan UMKM. Sekitar 47% UMKM di tanah air harus menutup usaha akibat terdampak pandemi virus corona.
Kebanyakan UMKM mengalami masalah dalam menyeimbangkan arus kas. Termasuk memenuhi kebutuhan operasional produksi karena omzet yang didapat tidak sesuai harapan. Mereka sulit mengatur modal dan gaji karyawan karena kurangnya pemasukan akibat UMKM mengambil langkah merumahkan tenaga kerja.
Selain itu, banyak pelaku UMKM yang terkendala dari sisi supply karena terganggunya distribusi selama masa pandemi Covid-19. Pelemahan dari sisi permintaan semakin menekan keberlangsungan UMKM dalam negeri. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa membangkitkan kembali modal usaha bagi UMKM.
“Perlu dikembangkan formula yang lebih mendorong UMKM mengembangkan diversifikasi usaha dan produk. Daripada mengembangkan skala usaha UMKM yang berIsiko menghadapkan pelaku UMKM pada pelaku usaha yang lebih besar/kuat,” jelas Guru Besar Pakar Sosio Ekonomi Kerakyatan, FISIP Universitas Airlangga, Surabaya Bagong Suyanto, Kamis (11/6).
Bagong menyebut, UMKM memiliki kelebihan daya lentur yang fleksibel dan kenyal. Pengalaman di masa krismon 1998 jelas bisa menjadi acuan. “Tapi, untuk memastikan nasib UMKM ke depan dibutuhkan perlindungan Dikombinasikan dengan pemberdayaan, peningkatan posisi tawar UMKM dalam pembagian margin keuntungan,” paparnya.