FinTechnesia.com | Perbankan digital sepertinya menjadi pilihan masyarakat. Menurut laporan Fintech and Digital Banking 2025 oleh Backbase dan IDC, lebih dari tiga dari lima nasabah (63%) diprediksi mengadopsi perbankan digital di Asia Pasifik dan bersedia beralih ke neobank dan bank pemain baru dalam lima tahun ke depan.
Laporan ini juga memaparkan bahwa kawasan tersebut akan menyaksikan lahirnya 100 lembaga keuangan baru pada tahun 2025. Didukung liberalisasi beberapa pasar dan penerbitan lisensi perbankan baru.
Per tahun 2023, sebanyak 40% nasabah bank di Indonesia akan menikmati layanan pendaftaran akun bank secara langsung, verifikasi nasaban secara digital atau pendaftaran via layanan pihakketiga. Laporan ini juga menyorot bahwa bank-bank Tier 1 dan Tier 2 di Indonesia akan beroperasi setidaknya dalam lima ekosistem gaya hidup pada tahun 2025.
Namun, pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya mempertanyakan kesiapan industri
terhadap perbankan digital karena mayoritas (70%) pelanggan perbankan Asia Pasifik terus
memandang proses perbankan sebagai hal yang membosankan. Sebagai hasil dari fokus
ekstrem bank petahana pada sistem terdahulu dan mengabaikan integrasi digital-first, hanya
30% basis pelanggan perbankan di Asia Pasifik yang aktif di saluran perbankan digital. Saat
ini, bank-bank petahana di seluruh kawasan Asia Pasifik dihadapkan dengan kebutuhan
mendesak untuk meningkatkan perbankan digital. Mengingat kebutuhan pelanggan yang semakin intensif akan ketersediaan, akses, dan kontrol interaksi saluran digital.
Laporan menyebutkan, bank-bank petahana belum dapat mengambil keuntungan dari
mitra ekosistem yang potensial. Mereka masih memegang pandangan tradisional tentang rantai nilai. Sebanyak 80% dari 250 bank teratas di Asia Pasifik memilih memiliki seluruh rantai nilai perbankan, dengan bisnis pihak ketiga yang berkontribusi hanya 2%.
Sementara itu, usia rata-rata sistem perbankan inti warisan di 100 bank teratas di Asia Pasifik
tetap 17,5 tahun. Jauh di belakang ekonomi digital yang berkembang pesat saat ini.
Di sisi lain, lebih dari 35 bank neobank atau pemain digital baru di Asia Pasifik dibangun di
atas praktik lincah dan inovatif. Jauh di depan para petahana dalam hal fleksibilitas, kemampuan layanan mandiri, kebutuhan pelanggan, dan personalisasi. Dengan kemunculan pemain baru dan gangguan digital lebih lanjut di industri, 38% dari pendapatan bank tradisional berisiko pada tahun 2025.
Di Indonesia, konsumen yang sangat terhubung dengan internet mengharapkan kepuasan
instan seperti layanan perbankan berdasarkan permintaan. Untuk mengimbangi cepatnya permintaan ini, bank harus memprioritaskan sumber dayanya untuk fokus pada pelanggan dan platform digital dalam menyederhanakan proses perbankan daring.
Regional Head Backbase untuk Asean dan India, Riddhi Dutta mengatakan, pelanggan
Indonesia akan memiliki beberapa rekening perbankan, baik tradisional maupun
digital. “Kesetiaan pelanggan ini dapat diperoleh dengan menciptakan persepsi bahwa “bank
saya mengerti saya. Perbankan akan mulai mengintegrasikan dengan ekosistem gaya hidup untuk mencapai output demikian,” terang Riddhi, Senin (11/5). (eko)