Minggu, 28 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Bank Kalsel Meminta Tambahan Kuota FLPP

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Di tenga resesi, Bank Kalsel tetap aktif menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi. Maklum, kebutuhan rumah di Kalimantan Selatan terus meningkat. Bahkan, pada tahun 2018 menduduki peringkat empat penyalur Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) se-Indonesia.

Meskipun industri properti sangat terdampak dengan situasi ekonomi, Bank Kalsel tetap berupaya agar kredit kepemilikan rumah bagi masyarakat rendah (MBR) bisa tetap tersalurkan. Setiap tahun, Bank Kalsel selalu mengupayakan tambahan kuota FLPP kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR).

Tahun 2019, Bank Kalsel hanya mendapatkan kuota 657 unit dari permintaan 926 unit. Sementara tahun 2020 hanya mendapatkan kuota 1.160 unit dari permohonan yang diharapkan sebanyak 3.000 unit.

Yang mana telah habis diserap MBR pada Triwulan IV (tersalurkan 100%). Proses penyaluran dilakukan dengan menggandeng 60 developer yang tersebar di 21 unit kerja.

Meskipun Bank Kalsel terhitung baru sebagai penyalur KPR FLPP sejak tahun 2014, penyaluran telah mengalami perkembangan yang signifikan sampai dengan tahun 2020.

Tercatat sejak Kuartal I sampai dengan Kuartal III 2020, Bank Kalsel Konvensional berhasil menyalurkan 576 unit rumah dari kuota 595. Atau persentase 95,23%. Sementara Bank Kalsel Syariah berhasil menyalurkan 100% dari kuota sebanyak 582 unit.

Direktur Utama Bank Kalsel, Agus Syabarrudin berharap, Kementerian PUPR dan Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) memberikan tambahan kuota penyaluran KPR FLPP. Mengingat bank pembangunan daerah (BPD) ini selalu berhasil mencapai target penyaluran.

Permintaan perumahan subsidi masih tinggi di Kalsel. Pendorongnya, pegawai negeri sipil (PNS) dan karyawan milenial yang belum seluruhnya memiliki hunian. Kehadiran FLPP baik dalam bentuk subsidi bunga dan bantuan uang muka bisa menjadi solusi atas kebutuhan hunian tersebut.

“Selain itu, tentu bisa membantu para pekerja industri properti seperti mandor, buruh bangunan, tenaga pemasaran, untuk bisa mendapatkan penghasilan dari pembangunan perumahan bersubsidi. Hal ini tentu akan sangat berdampak di tengah-tengah ekonomi yang sedang lesu,” terang Agus, Senin (7/12). (eko)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER