Rabu, 24 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Bijak Mengelola Keuangan dengan Metode Kakeibo

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Salah satu metode yang dapat diterapkan demi menjadi perempuan bijak dalam finansial adalah Kakeibo. Ini adalah metode mengatur keuangan ibu rumah tangga di Jepang.

Secara harfiah, Kakeibo bisa diartikan sebagai ‘buku rekening untuk ekonomi rumah tangga.’ Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1904 oleh seorang jurnalis Makoto Hani. Dan dipopulerkan kembali pada tahun 2017 oleh Fumiko Chiba dalam buku Kakeibo: The Japanese Art of Saving Money. Metode ini dapat juga kita adopsi sebagai perempuan mandiri Indonesia dalam mengatur anggaran rumah tangga.

Regional Head of Agency Development Sequis, Fourrita Indah mengajak perempuan Indonesia meningkatkan pengetahuan mengatur keuangan. Dengan cara membuat jurnal sebagaimana dalam metode kakeibo. “Saat pandemi covid-19 banyak ketidakpastian yang dapat terjadi. Sehingga kita harus pintar mengelola keuangan,” sebut Fourrita, Selasa (20/4).

Catatlah hal-hal ini, yaitu penerimaan, perkiraan kebutuhan, pengeluaran dan jumlahnya dalam catatan harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan. Catat yang rapi sehingga bisa Anda baca kembali. Dalam mencatat, harus rutin atau tidak menunda, perlu berkomitmen dan telaten. Nanti, jika tiba saat akhir bulan, lakukan evaluasi keuangan.

Untuk penghasilan, yang harus dicatat secara rutin adalah kapan dan darimana sumbernya. Misalnya gaji bulanan, uang bulanan dari suami, termasuk jika ada usaha sampingan. Jika ada piutang yang diterima juga perlu dicatat. Jika Anda berasuransi dan mendapatkan nilai tunai/manfaat/tahapan juga dicatat sebagai penerimaan

Selanjutnya, catat perkiraan jumlah kebutuhan. Agar mudah mengingat pengeluaran, bagilah ke dalam beberapa pos. Misalnya, pengeluaran primer yang sudah pasti (mencakup belanja bulanan, transportasi, cicilan rumah, cicilan kendaraan bermotor, biaya sekolah anak, tagihan listrik atau air), pengeluaran sekunder (belanja perlengkapan rumah, membeli pakaian, jalan-jalan), dan pengeluaran darurat (biaya ke bengkel saat kendaraan rusak, biaya ke dokter saat sakit). Dana darurat perlu dimiliki sekitar 6 kali- 12 kali gaji per pendapatan. Misalnya, jika gaji Rp 5 juta maka dana darurat setidaknya Rp30 juta- Rp 60 juta.

Kemudian, pengeluaran rutin setiap hari perlu juga dibuat pos. Untuk memudahkan, dapat memanfaatkan amplop sebagai tempat dana atau uang bagi masing-masing pos pengeluaran. Contohnya, amplop ‘Belanja Bulanan’ dan amplop ‘Jalan-Jalan.’ Jika isi amplop tersebut sudah dihabiskan atau kosong, jangan pernah mengambil uang dari amplop lain. Di sinilah para ibu dituntut disiplin.

Setelah merencanakan pengeluaran, catat juga pengeluaran yang terjadi, bisa juga Anda tambahkan informasi kapan dan di mana melakukan suatu transaksi sehingga bisa membandingkan harganya dengan pembelian barang yang sama sebelumnya. Kemudian lakukan evaluasi, yaitu dari amplop yang dimiliki, perhatikan apakah ada yang tersisa. Teliti pos mana saja yang berhasil dihemat, pos mana yang banyak menghabiskan anggaran.

Dengan mencatat, kita akan mengetahui apakah yang kita belanjakan sudah sama dengan perkiraan atau malah berlebihan. Apakah kebutuhan saat ini sama besarnya atau lebih banyak dari sebelumnya, dan apakah pengeluaran tidak melebihi pendapatan atau sebaliknya.

Dengan mengetahui hal tersebut, kita bisa menyesuaikan budgeting lebih baik di bulan berikutnya. Melakukan pencatatan, juga akan membantu kita mengetahui kondisi finansial kita secara detail dan saat dihadapkan kembali pada keputusan untuk mengeluarkan uang untuk hal yang di luar dari prioritas kebutuhan, kita lebih mudah memutuskan untuk menunda keinginan tersebut. Jika seiring berjalannya waktu berhasil menekan pengeluaran dan menghemat lebih banyak uang, berarti telah berhasil mengimplementasikan Kakeibo.

Membayar premi asuransi juga perlu dimasukkan dalam jurnal keuangan. Jika Anda belum memiliki asuransi dan bermaksud memberikan perlindungan bagi keluarga maka akan mudah bagi Anda yang sudah menerapkan metode Kakeibo untuk menghitung perkiraan kebutuhan asuransi. Saran Fourrita, ketika membuat perencanaan keuangan sebaiknya alokasikan 10%-20% pendapatan untuk berasuransi pada dana darurat karena kebutuhan proteksi sangat penting bagi keluarga.

“Dengan berasuransi, keluarga akan memiliki safety net jika terjadi risiko sakit, kecelakaan, atau meninggal dunia karena akan diterima sejumlah uang pertanggungan yang bisa menjadi penyambung hidup bagi keluarga,“ sebutnya. (sya)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER