Minggu, 28 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Allianz Global Wealth Report 2022, Utang Rumah Tangga Meningkat Hingga 7,6%

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Baru-baru ini, Allianz meluncurkan “Allianz Global Wealth Report” edisi ke-13. Laporan ini enggambarkan kondisi aset dan utang rumah tangga di hampir 60 negara berada dalam kondisi kritis.

Sepertinya 2021 adalah terakhir kali konsep lama dari “new normal” yang identik dengan pasar saham yang perkasa didorong oleh pelonggaran moneter. Rumah tangga adalah yang paling menikmati kondisi ini.

Tiga tahun berturut-turut aset keuangan global mengalami pertumbuhan double digit pada 2021 mencapai EUR 233 triliun, tumbuh 10,4%. Tiga tahun terakhir, kekayaan individu tumbuh luar biasa mencapai EUR 60 triliun yang setara dengan dua kali kekayaan Zona Euro.

Wilayah yang memiliki pertumbuhan di atas rata-rata antara lain Asia tidak termasuk Jepang (+11.3%), Eropa Timur (12.2%) serta Amerika Utara (+12.5%) yang juga dalam dua tahun sebelumnya berhasil tumbuh selayaknya tingkat pertumbuhan negara berkembang.

Di sisi lain, pertumbuhan Eropa Barat (+6.7%) lebih seperti tingkat pertumbuhan wilayah yang kaya dan sudah mapan/ Namun dengan nilai aset per kapita yang lebih rendah (EUR 109,340).

Pesatnya pertumbuhan pasar saham merupakan faktor pendorong Utama pertumbuhan nilai aset. Memiliki kontribusi sekitar 2/3 dari total pertumbuhan pada 2021.

Sedangkan untuk instrumen penyimpanan kekayaan seperti tabungan, dan deposito tidak mengalami penurunan porsi yang signifikan. Meskipun sempat turun sebesar 19% pada 2021, dengan total EUR 4,8 triliun posisi ini masih lebih besar 40% dibandingkan tahun 2019.

Porsi tabungan masih cukup dominan yang mencapai 63% dari total aset global. Diikuti oleh asuransi dan dana pensiun sebesar 17,4%, dan sekuritas (saham & obligasi) pada 15.5%.

Tahun 2022 menjadi titik balik. Perang di Ukraina telah menghambat perbaikan kondisi pasca perlambatan akibat Covid-19 dan memutarbalikkan keadaan. Inflasi menlonjak di mana-mana, terjadi kelangkaan energi serta makanan, dan juga pengetatan moneter yang semakin menghambat potensi pertumbuhan berbagai negara.

Nilai kekayaan rumah tangga pun terdampak. Aset keuangan global kemungkinan mengalami penurunan di atas 2% tahun 2022. Ino merupakan penurunan terdalam setelah krisis keuangan global pada 2008. Sebagai gambaran, penurunan tersebut sama dengan berkurangnya kekayaan rumah tangga sebesar 10%.

Perbedaan dengan krisis 2008 yang diikuti oleh perbaikan kondisi yang cukup cepat, kali ini prospek dalam jangka menengah pun tidak secerah yang diharapkan: rata-rata pertumbuhan dari aset keuangan diperkirakan bisa mencapai 4.6% hingga 2025, jauh lebih rendah dibandingkan angka pada tiga tahun terakhir yang mencapai 10.4%. 

Ludovic Subran, Chief Economist Allianz menyatakan, tahun 2021 merupakan akhir dari sebuah era. Tiga tahun terakhir merupakan periode yang luar biasa, masa yang sangat menguntungkan bagi para penabung.

Baca juga: Allianz dan HSBC Memperpanjang Perjanjian Bancassurance Hingga 15 Tahun

Tidak hanya 2022, namun tahun-tahun yang akan datang akan sama sekali berbeda. Tekanan biaya kehidupan akan sangat menguji ketahanan sosial. Para pembuat kebijakan menghadapi tantangan untuk menanggulangi krisis energi, melanjutkan transisi ke arah perekonomian hijau dan terus menumbuhkan perekonomian, di saat kebijakan moneter tidak lagi akomodatif dan justru memperlambat pertumbuhan.

“Tidak ada lagi ruang bagi kebijakan yang salah. Kunci sukses menghadapi kondisi ini adalah kebijakan yang inovtif dengan target yang terukur bagi setiap negara, dan Eropa perlu Bersatu sebagai suatu unit ekonomi,” kata Ludovic, pekan lalu.

Di akhir 2021, utang rumah tangga mencapai EUR 52 trilion,. Pertumbuhan tahunan sebesar 7,6% sangat jauh dibandingkan rata-rata jangka panjang sebesar 4,6% serta pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 5,5%.

Terakhir kali terjadinya pertumbuhan kredit yang lebih tinggi adalah sebelum krisis 2008 yaitu pada 2006. Sejak saat itu, persebaran tingkat kredit jug asudah berubah, saat ini porsi kredit negara maju terus mengalami penurunan,

Salah satu penulis laporan ini, Pelayo Romero, menyatakan, peningkatan kredit yang pesat di tengah potensi perlambatan ekonomi merupakan hal yang mengkhawatirkan. Di negara berkembang, utang rumah tangga tumbuh begitu tinggi dalam dekade terakhir, dengan kecepatan lima kali lebih tinggi dibanding negara maju. ‘

“Meski begitu, tingkat kredit secara keseluruhan masih dalam taraf wajar,. Namun mempertimbangkan tantangan di masa yang akan datang, potensi terjadinya krisis kredit tidak dapat dikesampingkan sama sekali,” kata Pelayo.

Di Indonesia. aset keuangan bruto rumah tangga meningkat sebesar 8,6%, mencapai rekor EUR 413 miliar pada tahun 2021. Pendorognya pertumbuhan aset sekuritas yang dominan sebesar 29,9%.

Sebaliknya, seperti di banyak negara lain, pertumbuhan deposito melambat pada 2021, sebesar 4,1% setelah mencapai rekor tertinggi 11,1% pada tahun pertama pandemi Covid-19.

Namun, deposito sejauh ini tetap menjadi kelas aset keuangan dengan bobot terbesar yang mencakup 66,0% dalam portofolio aset keuangan rumah tangga di Indonesia.

Produk Asuransi dan dana pensiun, yang meningkat sebesar 8,4%, memiliki bobot 12,1%. Struktur portofolio ini mencerminkan masih kurangnya tingkat literasi keuangan dan akses ke layanan keuangan di satu sisi, tetapi juga adanya perbaikan di sisi lain.

Liabilitas meningkat sebesar 8,4%. Menghasilkan rasio utang terhadap aset secara keseluruhan sebesar 16,6% pada tahun 2021. Oleh karena itu, tidak hanya rasio aset terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia tetapi juga rasio utang terhadap PDB masih relatif rendah dibandingkan dengan regional.

Dengan pertumbuhan aset sedikit melebihi pertumbuhan pinjaman, aset keuangan bersih meningkat sebesar 8,7% pada tahun 2021. Rata-rata setiap penduduk Indonesia memiliki aset keuangan bersih sebesar EUR 870 Menempatkan Indonesia pada peringkat 55 dalam perbandingan internasional (aset keuangan per kapita).

Fokus terhadap pencapaian tujuan jangka panjang akan menjadi kunci dalam menghadapi kondisi perekonomian yang bergejolak dalam jangka pendek.

Perencanaan keuangan yang baik akan sangat membantu melewati masa ini, sebagian tabungan bisa dialokasikan sebagai dana darurat dan dapat dilengkapi dengan memiliki nilai proteksi yang optimal untuk menghadapi berbagai risiko yang tidak terduga,” kata Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia. (jun)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER