Minggu, 28 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Miris, Hampir Seperempat Pengguna Kencan Online Mengalami Penguntitan Digital

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Valentine baru saja lewat. Menurut penelitian- mewawancarai 1.000 orang di 21 negara di seluruh dunia- para pengguna data online sangat antusias mengambil langkah-langkah melindungi diri mereka dalam pencarian cinta.

Meskipun hampir seperempat responden (23%) mengatakan, mengalami semacam penguntitan online dari orang yang baru mereka kencani, mereka masih rentan terhadap peningkatan jumlah penguntitan dan pelecehan di Hari Valentine. Penyebabnya, risiko akibat pengaturan lokasi, privasi data dan lebih luas lagi, berbagi secara berlebihan (oversharing).

Jenis kekerasan beragam. Lebih dari sepertiga (39%) responden pernah melaporkan beberapa bentuk kekerasan atau pelecehan yang dilakukan oleh pasangan mereja saat ini atau sebelumnya. Sebanyak 16% responden pernah menerima email atau pesan yang tidak diinginkan dan mungkin yang paling memprihatinkan.

Lalu 13 % telah difilmkan atau difoto tanpa persetujuan mereka. Sebanyak
10% lain mengakui bahwa lokasi mereka telah dilacak. Serta 10% mengakui bahwa akun media sosial atau email mereka telah diretas, dan yang mengkhawatirkan. Ada 7% telah memasang perangkat penguntit (stalkerware) di perangkat mereka tanpa persetujuan.

Baca juga: Studi Kaspersky Menyingkap, Risiko Penggunaan AI Untuk Kencan Online

Lebih banyak responden perempuan yang pernah mengalami beberapa bentuk
kekerasan atau pelecehan dibandingkan responden laki-laki (42% berbanding 36%). Fakta mengkhawatirkan lagi, lebih banyak dari mereka yang saat ini berpacaran pernah mengalami kekerasan atau pelecehan dibandingkan mereka yang sudah menjalin hubungan jangka panjang (48% berbanding 37%).

Faktanya, 34% responden mengatakan mereka khawatir akan kemungkinan dikuntit secara online. Responden perempuan sedikit lebih khawatir terhadap
prospek tersebut dibandingkan laki-laki (36% merasa khawatir dibandingkan dengan 31% responden laki-laki).

David Emm, Peneliti Keamanan Utama di Kaspersky memaparkan, internet atau dunia yang terhubung, adalah hal brilian dan menawarkan segudang
kemungkinan. Namun, muncul pula ancaman dan salah satunya kemudahan akses terhadap data yang dapat dilacak yang membuat kita rentan terhadap penyalahgunaan.

Meskipun kesalahan atas perilaku mengerikan ini tidak pernah ditujukan kepada korban, mereka masih enggan mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko.

“Menurut saya, sangat bagus mengambil langkah-langkah memverifikasi identitas secara online. Ini akan mendorong orang-orang untuk berhenti sejenak dan melakukan pengecekan cepat terhadap informasi, kata sandi, atau data apa pun yang mereka bagikan, untuk menghindari agar informasi tersebut jatuh ke tangan yang salah,” terang David, dalam rilis ke FinTechnesia, pekan lalu.

Menjelajahi kencan online dan ruang virtual dapat menjadi sebuah tantangan dan sangat penting bagi media sosial dan aplikasi kencan untuk menerapkan proses verifikasi, yang dapat membantuvmemastikan bahwa profil pengguna cocok dengan foto mereka yang sebenarnya.

Sepengetahuan saya, Bumble satu-satunya aplikasi kencan yang menggunakan tingkat verifikasi ini. Saya ingin melihat orang lain menerapkan langkah-langkah keamanan serupa. Panduan keselamatan dan sumber daya harus mudah diakses secara online dalam berbagai bahasa., Memastikan individu yang rentan mendapatkan dukungan tanpa perlu mendaftar untuk sebuah aplikasi,” komentar Emma Pickering, Head of Technology-Facilitated Abuse
and Economic Empowerment
, Refuge.

Undang-undang Keamanan Online Inggris menjadi preseden dengan mengatur platform untuk melindungi pengguna. Mengingat sifat penguntitan dan
penyalahgunaan yang difasilitasi oleh teknologi semakin meluas. ‘

“Kami menyarankan setiap orang mengamankan kehadiran online mereka, termasuk kata sandi dan akun. Mereka yang mempunyai kekhawatiran harus menghubungi otoritas setempat atau layanan dukungan,” tambahnya. (nin)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER