OJK mendorong konsolidasi perbankan guna memperkuat daya saing industri perbankan menghadapi pandemi Covid 19. Terdapat beberapa bank yang berpindah kelompok, akibat merger atau tambahan modal. OJK mencatat 4 bank berpindah dari BUKU I ke BUKU II, dan dua bank berpindah dari BUKU III ke BUKU IV.
Pengawasan terintegrasi selama ini memperkuat pengawasan terhadap konglomerasi keuangan yang menawarkan produk dan jasa keuangan yang bersifat hibrid antara produk perbankan, asuransi dan investasi di pasar modal yang bermuara pada terciptanya kestabilan sistem keuangan.
Pengawasan terintegrasi dapat mendeteksi lebih dini potensi risiko terhadap stabilitas sektor jasa keuangan. Dan mendukung terlaksananya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menyeluruh.
OJK mendorong digitalisasi sektor jasa keuangan dengan menyiapkan ekosistem informasi andal. “Ini dalam rangka mempercepat layanan ke masyarakat. OJK juga melakukan pengawasan berbasis teknologi melalui berbagai aplikasi,” terang Deputi Komisioner Humas Logistik OJK Anto Prabowo, Kamis (27/8)
Sejak diluncurkan 16 Maret 2020 hingga 10 Agustus, program restrukturisasi kredit perbankan mencapai nilai Rp 837,64 triliun dari 7,18 juta debitur. Jumlah tersebut dari restrukturisasi kredit untuk sektor UMKM yang mencapai Rp 353,17 triliun berasal dari 5,73 juta debitur. Sedangkan non UMKM, realisasi restrukturisasi kredit mencapai Rp 484,47 triliun dengan jumlah debitur 1,44 juta.
Untuk perusahaan pembiayaan, per 26 Agustus 2020, OJK mencatat 182 perusahaan sudah menjalankan restrukturisasi pinjaman. Realisasi sudah disetujui sebanyak 4,52 juta debitur dengan total nilai mencapai Rp 176,33 triliun.
OJK juga mengeluarkan kebijakan untuk meringankan pinjaman usaha mikro di Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dengan nilai realisasi Rp20,79 miliar dari 32 LKM. Selain itu, keringanan juga diberikan untuk pinjaman di Bank Wakaf Mikro (BWM) dengan nilai Rp1,73 miliar ke 13 BWM. (mrz)