Minggu, 28 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Pendapatan XL Axiata Tumbuh 3% Menjadi Rp 26,8 Triliun, Laba Bersih Rp 1,3 Triliun

BACA JUGA




Fintechnesia.com | XL Axiata berhasil meningkatkan performa perusahaan di sepanjang tahun 2021. Antara lain, pendapatan sebesar Rp 26,8 triliun, meningkat 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Dan laba bersih sebesar Rp 1,3 triliun.

Perseroan juga berhasil meningkatkan kekuatan jaringan untuk meningkatkan customer experience dan digitalisasi. Akhirnya ikut mendukung efisiensi bisnis serta peningkatan penjualan.

Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan, pihaknya telah membelanjakan capex yang lebih besar pada tahun 2021. Yakni untuk meningkatkan kualitas jaringan serta meningkatkan digitalisasi guna menghadirkan customer experience yang terbaik.

“Fokus kami bukan untuk merespon persaingan tarif layanan. Tapi lebih pada memberikan customer experience terbaik dan menciptakan nilai bagi pelanggan kami,” kata Dian, Senin (21/2).

Dian menambahkan, konsolidasi dalam industri akan positif untuk persaingan karena telah menciptakan struktur industri yang lebih seimbang. Ini berarti fokus para pelaku pasar mestinya lebih tertuju pada customer experience daripada memainkan tarif.

Karena itu, investasi XL Axiata pada jaringan serta digitalisasi menjadi strategi perseroan guna menyajikan customer experience terbaik.

Hingga akhir 2021, total jumlah BTS XL Axiata mencapai lebih dari 162.282 unit. Dengan BTS 4G meningkat menjadi 77.204.

Sementara itu, fiberisasi telah mencakup lebih dari 50% site. Area yang terlayani jaringan 4G juga bertambah menjadi sebanyak 458 kota/kabupaten.

Terus meningkatnya kekuatan jaringan XL Axiata tersebut searah tingkat penggunaan layanan data yang lebih tinggi oleh pelanggan. 

Selama periode 12 bulan di 2021, trafik data XL Axiata meningkat pesat hingga naik 34% yoy ke 6.549 petabyte. Hal ini juga selaras dengan kecepatan akses internet yang meningkat sebesar 20% sejak awal tahun.

Akses internet yang lebih cepat berdampak positif pada pemakaian aplikasi digital, termasuk aplikasi milik perusahaan, yaitu “myXL” dan “Axisnet”.

Pada kedua aplikasi yang antara lain menawarkan berbagai paket layanan dan juga sarana customer service kepada pelanggan tersebut, masing-masing mengalami peningkatan hingga 3,5x dalam pengguna aktif bulanan sejak awal pandemi.

Perseroan terus berupaya memperkenalkan layanan konvergensi sekaligus meningkatkan manfaatnya. Hasilnya, penetrasi layanan konvergensi ini telah mencapai 11%. Akuisisi Linknet yang baru saja dilakukan akan sangat mendukung pengembangan produk konvergensi ini di masa mendatang.

XL Axiata berhasil melalui tahun 2021 yang penuh tantangan dengan baik. Meskipun kompetisi di industri tetap sangat ketat, dan daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih sebagai dampak pandemi Covid-19, perseroan mampu menjaga performa keuangan.

Untuk periode kuartal keempat 2021, pendapatan meningkat 2% dibandingkan kuartal ke III 2021 quarter on quarter (qoq) menjadi Rp 6,96 triliun.

Dengan Rp 6,5 triliun di antaranya merupakan pendapatan layanan. EBITDA sepanjang 2021 tercatat meningkat sebesar 2% yoy menjadi Rp 13,28 triliun, dengan margin 50%.

Di sepanjang tahun 2021, beban biaya operasional meningkat 4% yoy menjadi Rp 13,47 triliun dari Rp 12,95 triliun di tahun sebelumnya. Meningkatnya biaya operasional ini dipengaruhi dari meningkatnya beban biaya regulasi serta biaya penjualan dan pemasaran.

Selain berhasil mencatatkan laba bersih yang tertinggi sejak 2013, perseroan juga mampu meningkatkan kontribusi pendapatan data menjadi 94%. Tertinggi di industri.

Pendapatan data per akhir 2021 tercatat sebesar Rp 23,42 triliun. Naik 5,4% yoy.

Perseroan juga berhasil menjaga ARPU blended di angka Rp 36.000. Dengan jumlah pelanggan XL Axiata hingga akhir tahun 2021 ada sebanyak 57,9 juta dan tingkat penetrasi smartphone meningkat sebesar 4% YoY menjadi 92%.

Ada sejumlah peluang positif industri telekomunikasi di tahun 2022. Peluang-peluang tersebut yakni pertama, pemulihan ekonomi.

Kedua, cara kerja digital. Termasuk di lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari masyarakat, akan menciptakan permintaan jangka panjang struktural untuk data.

Selanjutnya, adalah potensi peningkatan permintaan untuk layanan fixed broadband (FTTH) karena tuntutan bekerja dari rumah dan kerja secara hibrida.

“Kami melihat peluang pengembangan layanan konvergensi yang sangat luas di masa mendatang,” kata Dian.

Di sisi lain, secara bisnis, layanan konvergensi juga akan meminimalkan tingkat churn serta meningkatkan loyalitas pelanggan. Dengan akuisisi Linknet, hal ini akan sangat mendukung pengembangan bisnis konvergensi ke depan. (sen)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER