Sabtu, 27 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

SVB Runtuh, IFSOC Sebut Sektor Keuangan Digital Indonesa Harus Waspada

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Indonesia Fintech Society (IFSOC) menyatakan, penutupan Silicon Valley Bank (SVB) di tengah tengah tech winter ini perlu dilihat menjadi sinyal dan early warning. Sektor financial fintech Indonesia segera memperkuat tata kelola perusahaan dan manajemen risiko.

Ketua Steering Committee IFSOC, Rudiantara mengatakan, berbagai spekulasi di berbagai kanal media sosial berkembang dengan sangat cepat pasca penutupan SVB oleh otoritas sektor keuangan di Amerika Serikat pada 10 Maret lalu.

Menurut Rudiantara, di sektor keuangan termasuk fintech, spekulasi yang berkembang liar berpotensi memicu kepanikan masyarakat.

“Sektor keuangan digital di Indonesia harus tetap waspada dan terus mencermati perkembangan kasus yang terjadi,” kata Rudiantara.

Steering Committee IFSOC, Dyah Makhijani, mengatakan bahwa kolapsnya SVB ini perlu diseksamai agar menjadi pembelajaran dalam penguatan dan pengembangan sektor keuangan digital ke depan.

Upaya mitigasi berupa penguatan tata kelola dan penerapan manajemen risiko yang lebih baik menjadi kunci dalam mewujudkan kontinuitas sektor keuangan digital.

Good corporate governance mutlak diimplementasikan untuk menjaga kepercayaan publik yang saat ini sangat antusias dengan perkembangan sektor keuangan digital kita,” tegas mantan Asisten Gubernur BI ini.

Baca juga: IFSoc: Investor Asing Masih Mendominasi Perusahaan Teknologi

Steering Committee IFSOC yang juga merupakan mantan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Tirta Segara berpendapat, kenaikan suku bunga (kebijakan moneter ketat) di negara-negara maju karena inflasi yang tinggi secara langsung telah berpengaruh pada kemampuan perusahaan startup termasuk fintech dalam mendapatkan pendanaan murah.

Fenomena ini–ditambah dengan semakin menurunnya nilai aset likuid bank, disinyalir berkaitan dengan kejatuhan SVB. Berdasarkan observasi IFSOC, selama tahun 2022 nilai pendanaan startup fintech memang meningkat, akan tetapi dengan jumlah penerima pendanaan yang menurun.

“Startup fintech telah memasuki babak baru. Saat ini investor lebih selektif dalam memberikan pendanaan dengan lebih berfokus pada profitabilitas dibandingkan growth,” tambah Tirta.

Kondisi ini, menurut Tirta, perlu direspons dengan membangun ekosistem dan model bisnis fintech yang juga lebih fokus pada bottom line ketimbang volume dan growth semata seperti di masa-masa sebelumnya. Hal ini akan mendorong iklim startup fintech lebih sehat dan going concern.

“Penyesuaian terhadap model bisnis yang commercially viable sangat diperlukan. Hal ini akan berperan membentuk ekosistem keuangan digital yang kuat dan berkelanjutan,” tutup Tirta. (iwa)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER