Minggu, 28 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Menyusul The Fed, Bank Indonesia Juga Menahan Suku Bunga

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) menahan suku bunga, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) mengambil langkah serupa.

“RDG BI pada 20-21 September 2023 memutuskan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facilitysebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,5%,” terang Gubernur BI, Perry Warjiyo, Kamis (21/9).

Keputusan ini sebagai konsistensi kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada tahun 2023 dan 2,5±1% pada 2024.

Kebijakan moneter tetap fokus mengendalikan stabilitas nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipasi dari dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca juga: Tahan Suku Bunga Acuan Sebesar 5,75%, Begini Pertimbangan Bank Indonesia

Sementara itu, kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh. Tujuannya mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha melalui kebijakan insentif likuiditas makroprudensial dengan fokus hilirisasi, perumahan, pariwisata, dan pembiayaan inklusif dan hijau, yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Oktober 2023.

Demikian pula, digitalisasi sistem pembayaran terus diakselerasi untuk memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.

Pertumbuhan ekonomi global 2023 diprakirakan tetap sebesar 2,7%. Ddengan kecenderungan ekonomi Tiongkok melambat dan ekonomi Amerika Serikat (AS) semakin kuat.

Perlambatan ekonomi China akibat pelemahan permintaan domestik karena keyakinan konsumen, utang rumah tangga, dan permasalahan sektor properti, di tengah penurunan ekspor akibat perlambatan ekonomi global. 

Kuatnya ekonomi AS didukung oleh konsumsi rumah tangga seiring dengan kenaikan upah dan pemanfaatan ekses tabungan (excess savings). Dalam pada itu, inflasi di negara maju masih tetap tinggi karena berlanjutnya tekanan inflasi jasa, keketatan pasar tenaga kerja, dan meningkatnya harga minyak. (kai)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER