Minggu, 28 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Permintaan Timah Global Melemah, Begini Strategi MIND ID dan PT Timah

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Ekspor timah anggota Grup MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) menurun dari kuartal II 2023 hingga kuartal III 2023. Penjualan timah Indonesia ke beberapa negara tercatat melorot karena melemahnya permintaan timah global akibat tingginya persediaan timah di London Metal Exchange (LME).

Sekretaris Perusahaan BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID atau Mining Industry Indonesia, Heri Yusuf mengatakan, anggota Grup MIND ID PT Timah mengumumkan laporan keuangan konsolidasi.

Hingga September 2023 atau sembilan bulan terakhir, harga logam timah dunia terus mengalami pelemahan akibat penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) diperburuk dengan lambatnya pemulihan ekonomi China. Dampaknya, penurunan ekspor timah Indonesia menurun ketimbang periode yang sama di tahun sebelumnya.

“Adanya perlambatan ekonomi serta menurunnya permintaan logam timah global, strategi yang diambil TINS tentunya tetap konsisten menjalankan efisiensi di segala lini bisnis. Melalui langkah tersebut TINS optimis berkontribusi terhadap kinerja perusahaan,” ucap Heri Yusuf, Rabu (1/11).

PT Timah Tbk., tercatat mampu memproduksi bijih timah 11.201 ton setara 70% pada sembilan bulan 2023 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni mencapai 14.502 ton bijih timah. Sementara produksi logam timah sebesar 11.540 metrik ton atau sekitar 82 persen dibanding periode sama pada tahun sebelumnya yakni mencapao 14.130 metrik ton.

“Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi, penjualan logam timah mencapai 11.100 metrik ton atau sekitar 72% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 15.325 metrik ton,” ucapnya.

Baca juga: MIND ID Mendorong Digitalisasi Pertambangan, Cek Lima Aplikasi Berikut

Harga jual rata-rata logam timah mencapai US$ 27.017 per metrik ton. Harga tersebut lebih rendah 23% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yakni harga jual logam timah menembus US$ 35.026 per metrik ton.

Hingga kuartal III 2023, TINS sudah mengekspor timah sekitar 92% ke negara tujuan ekspor. Rinciannya Jepang 16%, Korea selatan 13%, Belanda 11%, Taiwan 9%, India 9% dan AS 8%.

Berdasarkan sisi kinerja keuangan, TINS berhasil membukukan pendapatan Rp 6,4 triliun dengan nilai EBITDA sebesar Rp 708,1 miliar. Kerugian tahun berjalan tercatat sebesar Rp 87,4 miliar hingga kuartal III 2023. “Hal ini tentunya disebabkan penurunan permintaan logam timah global hingga berdampak pada pencapaian pendapatan TINS,” ucap Heri.

Hingga kuartal III 2023, nilai aset perseroan tercatat berada di angka Rp 12,7 triliun. Posisi liabilitas (utang) sebesar Rp 6,1 triliun, naik 0,9% dibandingkan periode sama pada 2022, sebesar Rp6 triliun. Untuk pinjaman bank dan utang obligasi pada kuartal III menjadi Rp2,9 triliun dari sebelumnya Rp2,8 triliun atau naik sebesar Rp100 miliar.

Indikator keuangan Perseroan masih menunjukkan hasil yang baik terlihat dari beberapa rasio keuangan penting. “Di antaranya quick ratio sebesar 25%, current ratio sebesar 153%, debt to asset ratio sebesar 23% dan debt to equity ratio sebesar 44 persen,” ujarnya.

Posisi ekuitas perusahaan i mencapai Rp 6,6 triliun atau turun 5,7% dibanding posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp7 triliun. Ini seiring pembagian dividen yang sudah dibayarkan senilai Rp 312,5 miliar.

Berbagai upaya TINS untuk tetap bertahan dan mengambil peluang ke depan. Di antaranya, melakukan penambahan kapal Isap Produksi melalui sistem kemitraan menjadi 48 unit atau bertambah sebanyak empat unit hingga kuartal III 2023. Selain itu, TINS pun melakukan peningkatan kapasitas produksi tambang promer dari alat penambangan maupun alat pengolahan. (kai)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER