Kamis, 25 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Volatilitas Tinggi dan Koreksi Tajam, Akhirnya Harga Bitcoin Menggapai Rp 1,1 Miliar

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Rekor Bitcoin (BTC) di atas US$ 69.000 berubah menjadi pertumpahan darah, Selasa (5/3). Volatilitas BTC sangat tinggi sempat menyentuh angka tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH) di US$ 69.200 atau sekitar Rp 1 miliar, terjadi koreksi tajam di bawah US$ 60.000. 

Sisi baiknya, Bitcoin bangkit dengan cepat. Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan Bitcoin berhasil menguji ulang area harga US$ 59.000-US$ 62.000. Baru-baru ini berkonsolidasi selama seminggu sebelum naik ke level
tertinggi sepanjang masa. 

Lonjakan harga Bitcoin ke level rekor memicu sejumlah besar trader dan investor untuk memanfaatkan keuntungan. 

“Bitcoin tidak turun alami. Mengingat hampir semua orang menantikan ATH baru Bitcoin, jadi setelah itu tercapai mereka ambil sikap untuk mendapat untung. Kemungkinan besar aksi ambil untung masih terus terjadi. Investor harus cermati pergerakan BTC yang meningkat menjelang halving,” imbuh Fyqieh, Kamis (7/3).

Meskipun situasi perdagangan saat ini cukup bullish karena harga telah pulih secara signifikan, perspektif yang lebih luas masih berada dalam ancaman bearish. Meskipun ada upaya bullish yang besar, harga BTC tidak mampu melonjak di atas resistensi utama’ yaitu di level US$ 69.000.

Baca juga: Mengenal Halving Day dan Manfaatnya untuk Investor Aset Kripto

Tetapi pemulihan cepat BTC ke $67.000 dalam satu hari menjadi berbeda dan mungkin menandakan pergerakan yang lebih tinggi. Penurunan tersebut terjadi dengan sangat cepat dan agresif. 

“Lalu U$ 60.000 terbukti menjadi level support yang baik. Potensi adanya penembusan lebih tinggi dalam jangka pendek bisa terjadi, karena tren naik segera berlanjut,” jelasnya.

Faktor utama kebangkitan Bitcoin adalah kuatnya arus masuk dana ETF BTC spot yang terdaftar di Amerika Serikat (AS) selama penurunan sebesar US$ 648 juta. Hal ini menunjukkan bahwa investor institusi yang tergabung di ETF tidak terpengaruh oleh penurunan tersebut dan melakukan aksi beli Bitcoin di harga rendah tersebut.

Penembusan cepat Bitcoin kembali ke atas level $62.000 menandai dimulainya tren naik baru yang menargetkan tingkat harga IS$ 76.000 atau Rp 1,1 miliar. “Terlepas dari ini, Bitcoin masih diyakini telah melakukan pergerakan parabola hingga mencapai $100.000 (Rp 1,5 miliar) atau lebih dalam siklus saat ini,” ungkap Fyqieh.

Kemungkinan besar peristiwa “halving” yang akan datang, dapat mendorong
harganya ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Peningkatan permintaan untuk Bitcoin mungkin diakibatkan oleh penggunaannya sebagai penyimpan nilai dan lindung nilai inflasi.

Sementara itu menengok ke belakang, dua peristiwa halving sebelumnya yang terjadi pada tahun 2012 dan 2016 didahului oleh lonjakan harga yang signifikan yang membuat Bitcoin (BTC) mencapai titik tertinggi sepanjang masa. (jun)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER