Selasa, 30 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Lagi, Pertumbuhan Simpanan Bank di Februari 2024 Menurun, Kredit Mampu Bertahan Tumbuh Dobel Digit

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Sejalan kinerja perekonomian global yang membaik di tengah fragmentasi kondisi geopolitik global, kinerja industri perbankan Indonesia per Februari 2024 tetap resilien dan stabil.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat profitabilitas return on asset (ROA) sebesar 2,52%, turun dibandingkan Januari 2024 sekitar 2,71%. Sementara net interest margin (NIM) sebesar 4,49%, turun ketimbang Januari 2024 mencapai 4,54%.

Permodalan alias capital adequacy ratio (CAR) perbankan yang tinggi sebesar 27,72%. Meningkat Januari 2024 mencapai 27,52%.

Dari sisi kinerja intermediasi, pada Februari 2024, secara month to month (mtm) kredit meningkat Rp 36,96 triliun, atau tumbuh sebesar 0,52% mtm. Adapun secara tahunan, kredit kembali mencatatkan double digit growth sebesar 11,28% yoy menjadi Rp 7.095 triliun.

Baca juga: Kredit Perbankan Tumbuh 9,7% Jadi Rp 6.965,9 Triliun, Simpanan Hanya Naik 3,04% Menjadi Rp 8.216,21 Triliun, Ini Kata OJK

Pertumbuhan tersebut terutama didorong kredit modal kerja yang tumbuh 12,04% yoy. Dari kepemilikan bank, Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit, yaitu tumbuh 13,62% yoy. 

Dana Pihak Ketiga (DPK) Februari 2024 tercatat tumbuh sebesar 0,3% mtm atau meningkat 5,66% yoy. Turun dibandingkan Januari 2024 yang mencapai 5,8% yoy atau menjadi Rp 8.441 triliun.  

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio non performing loan (NPL) net sebesar 0,82%, naik dibanding Januari 2024 sekitar 0,79%. Sedangkan NPL gross sebesar 2,35%, sama seperti Januari 2024.

Seiring pertumbuhan perekonomian nasional, jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 melanjutkan tren penurunan menjadi sebesar Rp 242,8 triliun. Turun dibandingkan Januari 2024 mencapai Rp 251,21 triliun. Jumlah nasabah tercatat turun menjadi 943.000. Di Januari 2024 mencapai 977.000

Ke depan, tetap perlu diperhatikan risiko perbankan, terutama risiko pasar dan dampaknya pada risiko likuiditas terkait sentimen suku bunga global yang masih tetap tinggi, serta potensi peningkatan risiko kredit pasca berakhirnya masa relaksasi kredit restrukturisasi terkait Covid-19 pada akhir Maret 2024.

“Perbankan diminta meningkatkan daya tahan melalui penguatan permodalan dan menjaga coverage CKPN secara memadai. Serta secara rutin melakukan stress test untuk mengukur kemampuan permodalan dalam menyerap potensi risiko,” papar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, Selasa (2/4). (jun) 


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER