Minggu, 28 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Bukan Bersaing, Crypto dan Mata Uang Tradisional Saling Melengkapi

BACA JUGA




Nilai mata uang fiat dapat mengalami kenaikan ataupun penurunan jika terjadi inflasi atau deflasi. Berbeda dengan aset kripto yang umumnya tidak terpengaruh oleh inflasi atau deflasi suatu negara. Kecuali aset kripto tersebut bersifat stablecoin yang dikaitkan suatu mata uang negara. Sehingga dapat terdampak atas indikator ekonomi dari negara bersangkutan, termasuk angka inflasi atau deflasi.

Dari sisi penawaran, bank sentral dapat menentukan mata uang fiat beredar tergantung pada kebutuhan pasarSerta melakukan skenario ekonomi untuk mengatur peredaran mata uang tersebut. 

Pencetakan mata uang fiat yang berlebihan oleh bank sentral akan membuat nilai mata uang tersebut terus-menerus turun. Sehingga dapat membuat harga barang dan jasa melambung tinggi yang tidak selaras permintaannya. Khususnya saat situasi pandemi seperti sekarang.

“Berbeda dengan aset kripto. Penerbit koin dapat menyatakan jumlah aset kripto terbatas atau aset kripto tidak terbatas. Selain itu, kelebihan aset kripto adalah mekanisme coin burning untuk menjaga harga dan jumlah aset kriptoapabila diperlukan,” tambah Jericho. 

Nilai yang terkandung dalam aset kripto bersifat pribadi dan beroperasi secara independen. Mereka berfungsi dan berjalan pada platform terdesentralisasi. 

Transaksi aset kripto di blockchain bersifat immutable, atau tidak dapat diubah. Menjadikannya lebih aman dibandingkan dengan uang fiat.

Baik mata uang fiat maupun aset kripto dapat menjadi media transaksi keuangan. Oleh karena itu, aset kripto bukan untuk menggantikan uang fiat, melainkan untuk melengkapinya. 

“Dengan teknologi yang terus berkembang, aset kripto dapat menjadi masa depan sistem keuangan dan dapat diadopsi secara luas,” ucap Jericho. (nau)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER