Jumat, 26 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Tren Kerja Jarak Jauh, Bekali Perusahaan dengan Keamanan Siber yang Kuat dan Mumpun

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Pandemi memaksa bisnis untuk mengadopsi model bekerja dari jarak jauh. Seperti bekerja dari rumah (work from home).

Berbagai survei menunjukkan, para pekerja ingin perusahaan tetap menyediakan opsi bekerja dari rumah. Meskipun mereka juga tidak sabar untuk bertemu dengan rekan-rekan kerjanya di kantor.

Kerja hybrid (hybrid workplace) tampaknya akan menjadi budaya kerja baru pasca-pandemi. Beberapa karyawan akan kembali bekerja dari kantor. Sementara karyawan lain tetap mendapatkan pilihan bekerja dari rumah atau dari jarak jauh (remote working) dan bekerja dari kantor secara bergantian atau mendapatkan pilihan penuh untuk bekerja jarak jauh.

Global Workplace Report 2021 NTT Ltd mengungkapkan, hanya 43,2% karyawan yakin, informasi perusahaan tetap aman saat bekerja dari rumah.

Sebagian besar bisnis masih berjuang untuk memasang alat keamanan yang tepa. Dan menggunakan pelatihan untuk memastikan informasi perusahaan tetap terjaga aman saat bekerja dengan sistem hybrid.

Sebagian besar tim keamanan perusahaan tidak memiliki waktu, energi, dan sumber daya membangun pertahanan terhadap ancaman keamanan siber.

NTT Ltd. sendiri telah menghabiskan 20 tahun terakhir untuk berinovasi, menyempurnakan, dan berkolaborasi dengan klien dan belajar di tempat kerja cara. Untuk menghadirkan kemampuan dalam mendeteksi ancaman-ancaman dengan cerdas, otomatis, dan responsif.

Intelijen ancaman sangat penting untuk mendeteksi dan memvalidasi ancaman yang ada. Saat ancaman yang lebih kompleks terdeteksi, ini akan memberi tahu sistem intelijen mengenai apa yang harus diwaspadai sekarang dan di saat lainnya.

Tim teknologi informasi (TI) dan pemimpin bisnis harus bergegas untuk mengadopsi teknologi yang mendukung kerja jarak jauh agar bisnis tetap berjalan selama pandemi berlangsung. Seperti teknologi dan aplikasi berbasis cloud atau solusi kolaborasi siap pakai.

Namun, sayang, 80,7% pemimpin TI mengatakan, mereka merasa lebih sulit untuk menemukan keamanan TI atau risiko bisnis yang ditimbulkan oleh karyawan saat mereka bekerja dari jarak jauh. Sikap terburu-buru dalam pengambil-keputusan untuk beralih ke cloud telah meninggalkan celah pada keamanan dan menciptakan postur dan perimeter keamanan yang keropos.

“Penjahat dunia maya telah menyadari peluang ini. Karyawan dan data perusahaan lebih rentan di luar batas keamanan jaringan perusahaan. Dan karyawan juga cenderung tidak menyadari taktik terbaru yang digunakan oleh pelaku ancaman.

Analis intelijen ancaman NTT Ltd. memperkirakan serangan terhadap karyawan tanpa disadari akan terus meningkat pada tahun 2022. “Maka dalam mengelola risiko dunia maya terkait dengan pandemi, para pemimpin perusahaan harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mendeteksi, dan merespons ancaman dengan lebih cepat untuk mendukung pengambilan keputusan,” kata Hendra Lesmana, CEO NTT Ltd. di Indonesia, belum lama ini.

Deteksi ancaman dan intelijen ancaman yang baik perlu melihat pada keseluruhan permukaan serangan yang terjadi di manapun baik orang, proses, aset, dan teknologi berada selama 24/7. Sehingga dapat dipastikan apakah suatu organisasi memiliki pemahaman yang baik tentanelemahan keamanan dan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. (kai)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER