Minggu, 28 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Startup Berguguran, John Riady: Ini Justru Musim Semi, Begini Strateginya

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Memasuki pertengahan tahun ini, berbagai usaha rintisan atau startup mengumumkan kebijakan efisisensi. Lalu berujung pada PHK massal.

Hal itu menandakan langkah lebih rasional dari strategi mayoritas startup yang dikenal royal “bakar duit”. Para pelaku usaha rintisan banyak yang terjebak pada strategi agresif. Baik itu secara pengembangan pasar maupun pengembangan internal. Indonesia, berdasarkan catatan Startup Ranking merupakan rumah bagi 2.219 usaha rintisan.

Masing-masing usaha rintisan bersaing agar diterima pasar melalui berbagai layanan digital. Tuntutan ini mempunyai dua konsekuensi strategis. Yakni mengupayakan agar layanan bisa diterima secara luas oleh masyarakat, serta keandalan dan inovasi digital yang berkesinambungan.
“Kutukan” ini selalu menghantui perjalanan usaha rintisan yang selalu meminta mahar besar dari para pemodal ataupun modal ventura. Sayangnya, persaingan menguasai pasar sekaligus mencari bakat digital itu berhadapan dengan semakin tercekiknya arus modal maupun kelangkaan talent.

Sebagai gambaran, Bank Dunia memperkirakan setiap tahun Indonesia membutuhkan sedikitnya 600.00 orang yang menguasai teknologi digital. Kelangkaan talenta inipun telah mengerek biaya operasional berbagai perusahaan rintisan.

Terkait kemelut bergugurnya usaha-usaha rintisan, Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady mengungkapkan krisis talenta dan persaingan pasar yang menuju tidak sehatn terjadi di tengah memburuknya kondisi perekonomian global.

“Kebutuhan modal yang besar dalam pengembangan usaha rintisan harus berhadapan dengan situasi inflasi yang cenderung tinggi, menyebabkan berbagai pihak menahan dana. Terlebih lagi, saat ini terjadi gesekan dari kebijakan The Fed yang menyedot arus kapital global,” ungkap, Selasa (28/6).

John yang juga praktisi modal ventura di bawah Lippo Group memiliki riwayat panjang dalam mengembangkan berbagai startup. Sejak 2015, melalui PT Venturra Capital, John Riady melakukan penetrasi ke dalam ekosistem ekonomi digital.

Berbagai usaha rintisan dibidani Venturra Capital, antara lain Ruang Guru, Ovo, Sociola, bahkan unicorn Grab. “Kini masih ada puluhan yang kami kembangkan,” jelas John.

Melihat gejala rontoknya berbagai usaha rintisan, John menilai disebabkan berbagai kesalahan persepsi. Paling mendasar, lanjutnya, adalah persepsi terkait prospek startup di tengah arus digitalisasi yang semakin meluas.

Persoalannya, pandemi yang telah memicu berbagai terobosan digital nyatanya tidak menolong momentum startup menjadi lebih besar. “Artinya apa? Di sini, yang akan bertahan tidak sekadar startup, melainkanyang siap dengan model bisnis dan prinsip untuk menghadirkan solusi berkesinambungan bagi persoalan masyarakat,” jelas John.

Dia mengungkapkan empat pilar investasi digital yang digarap Lippo. Seperti seed funding, pendanaan startup pre IPO, kemitraan digital dengan entitas global, hingga kolaborasi digital dengan jaringan bisnis konvensional, telah melahirkan ekosistem yang kuat.

Berbagai senjata digital tidak akan efektif bila tidak disokong dengan layanan fisik atau konvensional. Lihat saja di China, berbagai raksasa bisnis digital sebisa mungkin mengakuisisi berbagai perusahaan konvensional yang memiliki jaringan bisnis secara fisik.

“Ini merupakan strategi kolaborasi, istilahnya omnichannel. Dengan mengawinkan layanan digital dan keunggulan jaringan bisnis secara fisik, akan menopang penguatan kinerja,” tegas John.

Strategi omnichannel inipun diterapkan di berbagai jaringan bisnis Lippo Group. Salah satu yang kian sukses adalah kerja sama strategis ekosistem GoTo dengan Matahari Putra Prima (MPPA), kemitraan itupun telah memetik hasil positif yang digambarkan dengan pertumbuhan pendapatan.


Pada akhirnya, John mengungkapkan di tengah bergugurannya berbagai usaha rintisan, justru ini merupakan momentum seleksi alam bagi ekosistem digital. “Yang bertahan adalah yang mempunyai kinerja baik serta prospek yang mampu menjangkau kebutuhan pasar,” simpulnya. (jos)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER