Minggu, 28 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Prodia Gelar Pertemuan dengan Sejumlah CEO, Bahas Keamanan Siber Layanan Kesehatan

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Pada Mei 2017 lalu, dua layanan kesehatan di Jakarta menjadi korban serangan siber ransomware WannaCry. Serangan menargetkan data-data rumah sakit yang bersifat rahasia dan pribadi, dari data transaksi hingga rekam medis pasien.

Selain itu, beberapa waktu  lalu  masyarakat Indonesia sempat heboh dengan isu kebocoran data pribadi yang terjadi di beberapa platform digital. Dalam merespon permasalahan ini, pemerintah turun tangan dengan menyusun Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) yang sudah disahkanpada 17 Oktober 2022.

Proteksi data juga menjadi pivotal bagi pengembangan ekosistem kesehatan. Pertemuan yang  digagas Prodia dengan sejumlah CEO ini diharapkan dapat menjadi momentum sinergi untuk membangun sistem  dan infrastruktur digitalisasi layanan kesehatan Indonesia yang aman.

Seiring dengan perkembangan digitalisasi di industri kesehatan, PT Prodia Widyahusada Tbk menggelar pertemuan dengan sejumlah Chief Executive Officer (CEO) untuk membahas pentingnya menjaga keamanan siber di industri layanan kesehatan.

Dewi Muliaty, Direktur Utama Prodia Menyatakan, the importance of cyber security in healthcare adalah topik krusial untuk diangkat. Cyber security ini sangat penting, bagaimana menjaga data yang dimiliki secara berhati-hati. Banyak hal yang perlu dipelajari dan bisa dibagikan melalui pemaparan materi dari para narasumber terkait cyber security ini.

Prodia sebagai lab test provider tentu ingin menjadi penyedia pemeriksaan laboratorium yang terpercaya. “Kami mau menjadi perusahaan yang terpercaya dalam hal pengamanan data, interaksi data, atau traffic data satu  sama lain. Dan mengharapkan kesadarandengan memahami cyber security, kita bisa saling menjaga data. Mengingat hal yang paling utama yang perlu kita lakukan dalam menjalankan bisnis adalah bagaimana melayani pelanggan dengan aman”, ujar Dewi,

Ahmad Ibrahim, Governance, Risk and Compliance-Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, memaparkan pentingnya untuk membangun fondasi infrastruktur TI dan digital yang aman. Ahmad menjelaskan peningkatan keamanan siber khususnya di dunia telemedicine merupakan langkah penting sebagai antisipasi insiden keamanan siber.

Penanganan insiden keamanan siber adalah upaya untuk mendeteksi, melaporkan, menilai, menangani dan menanggapi serta mempelajari dunia maya insiden keamanan. Hal ini untuk mendukung operasional sistem digital layanan kesehatan yang terintegrasi agar tetap terjamin kerahasiaan dan keamanannya.

“Kementerian Kesehatan yakin, sinergisme yang konsisten dan selalu waspada antara pemerintah pusat dengan sejumlah layanan kesehatan, diharapkan dapat membendung segala bentuk ancaman siber  yang potensial  di ekosistem kesehatan Indonesia,” kata Ahmad.

Cyber Security Associate Director Deloitte Indonesia, Hendro menjelaskan bagaimana lanskap layanan kesehatan konvensional dan digital di Indonesia serta peluang ancaman dan gangguan siber yang dapat terjadi di industri layanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan mulai bergerak ke bidang transformasi digital, untuk mempermudah pasien dalam mengakses jasa kesehatan dimanapun mereka berada. Peningkatan adopsi pada pelayanan jasa kesehatan  di bidang teknologi juga sudah sangat terlihat. Sekitar 80% layanan kesehatan akan melanjutkan road technology map. H

endro melihat Indonesia memiliki potensi pasar yang besar untuk mengembangkan digitalisasi layanan kesehatan di ranah regional dan internasional. Namun sejumlah risiko dan gangguan  yang timbul, dapat menjadi ancaman yang dapat membahayakan keberlangsungan industri kesehatan. (iwa)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER