FinTechnesia.com | Perusahaan besar di Indonesia, seperti PT Astra International Tbk, Bank Central Asia (BCA), PT Telkom Indonesia Tbk, Bank Rakyat Indonesia (BRI) agresif berinvestasi di perusahaan digital atau start up. Mereka siap mengucurkan dana besar.
Pendiei Nusantara Venture dan bubu.com, Shinta Witoyo Dhanuwardoyo menjelaskan, selain melihat potensi sinergi dengan bisnis inti usaha, -perusahaan raksasa itu juga mencari pertumbuhan. Mereka harus melakukan investasi di bidang teknologi.
Mereka memiliki banyak bisnis yang harus didigitalisasikan. “Jika Astra, Telkom atau BCA masuk ke startup, harus mendukung usaha yang selama ini sudah mereka jalankan. Selain diversifikasi usaha perusahaan tersebut juga mencari sinergi,” terang Shinta, pekan lalu.
Contohnya Telkom. Dengan berinvestasi di perusahaan startup, Telkom Group yang memiliki networking yang besar serta pelanggan yang banyak dapat memperkenalkan aplikasi yang dibuat oleh perusahaan rintisan tersebut.
Menurut Shinta jika perusahaan tidak berkolaborasi atau sinergi dengan perusahaan rintisan digital, akan tertinggal. “Startup memiliki kemampuan jauh lebih cepat mengubah bisnis model ketimbang perusahaan konvensional,” ujar Shinta.
Shinta menyodorkan contoh, salah satu startup Nusantara Venture dan bubu.com yaitu DOOgether. Startup ini menyediakan layanan booking tempat olahraga. Di masa pandemi tempat olahraga tutup. Solusinya, DOOgether mengubah bisnis menjadi kelas online.
Perusahaan rintisan mampu mengindentifikasi kebutuhan masyarakat. Kemampuan mengidentifikasi ini menyebabkan start up decacorn seperti Grab dan Gojek masih bisa bertahan di kala pandemi dan resesi. (mrz)