Jumat, 26 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Pertumbuhan Aplikasi Mobile Selama Ramadhan Buka Kesempatan Besar Bagi Marketer

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Selama Ramadhan 2021, instalasi aplikasi mobile di Indonesia mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan.Dengan app session yang cenderung lebih rendah.

Kompetisi antar aplikasi semakin ketat, sehingga remarketing menjadi strategi yang patut dipertimbangkan para pemasar (marketer) menuju bulan Ramadhan. Ini merupakan beberapa temuan utama dalam Laporan Ramadhan 2022 yang dirilis oleh perusahaan atribusi dan analitik pemasaran terkemuka, AppsFlyer.

Survei untuk membantu marketer mempersiapkan strategi selama bulan puasa. Laporan ini menganalisis 103 aplikasi mobile dan lebih dari 96 juta instalasi aplikasi pada kategori Keuangan, Hiburan, F&B, Kesehatan, Belanja dan Travel di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Pakistan selama periode Ramadhan tahun 2021.

Selama Ramadhan tahun lalu, aplikasi mobile di Indonesia mengalami peningkatan jumlah unduhan. Non-organic installs (NOI) juga meningkat signifikan pada periode ini. Menempatkan Indonesia sebagai pasar mobile dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Asia Tenggara.

Luthfi Anshari, Customer Success Team Lead AppsFlyer, APAC menjelaskan, dengan aturan PPKM yang lebih longgar, seperti misalnya kapasitas dine-in di restoran yang lebih besar dan pembukaan kembali mesjid, serta berjalannya program vaksinasi, ketergantungan masyarakat akan aplikasi mobile semakin berkurang.

Namun, user base aplikasi mobile yang terus tumbuh selama periode Ramadhan menunjukkan Ramadhan terus menjadi periode yang tepat bagi para marketers untuk melaksanakan kampanye user acquisition dan revenue-driven. “Penting bagi para marketer untuk mengoptimalkan strategi mereka agar dapat memaksimalkan peluang ini,” kata Luthfi, Selasa (22/3).

Seiring dengan meningkatnya angka unduhan, jumlah aplikasi di pasar bertambah, mengakibatkan kompetisi antar aplikasi yang lebih ketat dari sebelumnya. Persaingan ini mendorong strategi remarketing untuk mencegah “app tourism” oleh pengguna mobile.

Aplikasi belanja di Indonesia mengalami sedikit pertumbuhan instalasi year over year (yoy). Termasuk pertumbuhan NOI sebesar 13%.

Sementara itu, pada tahun yang sama, terdapat penurunan in-app session, yang dapat disebabkan oleh semakin longgarnya pembatasan COVID-19 (PPKM). Namun, karena kebiasaan belanja online tetap ada, pendapatan in-app mencapai puncaknya selama bulan Ramadhan.

Meski demikian, para marketer harus tetap berhati-hati akan adanya penurunan pertumbuhan pengguna dan durasi sesi. Dengan mempertimbangkan kampanye remarketing. Berdasarkan temuan studi, remarketing pada aplikasi belanja di Indonesia mendorong laju konversi secara luar biasa, hingga 139% pada platform Android dan 333% pada iOS.

Di sisi lain, aplikasi keuangan di Indonesia mengalami proses pertumbuhan berbeda selama bulan Ramadhan. Meskipun pendapatan in-app memuncak selama bulan puasa pada tahun 2021, instalasi aplikasi tumbuh pesat setelah Idul Fitri. Secara keseluruhan, NOI tumbuh 83%, lebih tinggi dibanding negara-negara lainnya dalam studi ini.

Untuk aplikasi hiburan, jumlah instalasi mencapai puncaknya menjelang akhir Ramadhan 2021, bahkan NOI di Indonesia bertumbuh sebesar 92%, nilai yang tertinggi kedua dalam studi, setelah Pakistan.

Pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan pendapatan in-app dan sesi penggunaan aplikasi. Pertumbuhan ini kemudian berlanjut dalam masa Idul Fitri. Menunjukkan, marketer perlu mempertimbangan memulai kampanye mereka pada periode Idul Fitri, ketika pengguna lebih sering menggunakan aplikasi Hiburan.

Beberapa sorotan tambahan.

Aplikasi kesehatan juga mengalami pertumbuhan luar biasa. User base dan NOI mengalami pertumbuhan, dan mencapai puncaknya sebelum Ramadhan.

Aplikasi Travel mengalami pemulihan yang cukup signifikan. Instalasi, NOI, pendapatan in-app, dan sesi mencapai angka tertinggi sebelum awal Ramadhan, akibat pembatasan perjalanan menjelang akhir Ramadhan.

Mobile app fraud, terutama bot dan install hijacking, terus menjadi masalah. Aplikasi Keuangan, F&B, Pendidikan dan Kesehatan termasuk yang paling berisiko. (eko)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER