Minggu, 28 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Meski Market Lesu, Industri Crypto dan Blockchain Masih Menjadi Buruan Modal Ventura

BACA JUGA




FinTechnesia.com | Industri kripto dan blockchain masih menjadi fokus utama para investor modal ventura, meski market sedang lesu. Bitcoin turun hampir 70% dari level tertingginya pada akhir tahun 2021.

Saat modal ventura menarik kembali investasi di sektor lain, aktivitas mereka di startup kripto dan blockchain tetap sibuk.

Menurut Dove Metrics, ada 160 investasi publik oleh modal ventura kripto bulan Juli lalu. Dengan total pendanaan US$ 1,91 miliar, JP Morgan mencatat, pada tahun 2022, investasi modal ventura di industri kripto dan blockchain telah mencapai US$ 18,3 miliar. Hampir tiga kali lipat jumlah yang diinvestasikan pada tahun 2020.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda mengatakan, walau market aset kripto tengah bearish, minat pemodal mendanai startup atau proyek blockchain masih tinggi. Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menentukan startup atau proyek kredibel dan memiliki fundamental yang kuat untuk diinvestasikan.

Crypto winter tidak menumpulkan selera investasi venture capital. Saya melihat modal tersedia dan bisa digunakan untuk investasi di startup kripto atau blockchain lainnya. Namun, beberapa modal venturakini lebih selektif untuk menentukan startup atau proyek mana yang akan mereka danai,” kata pria yang akrab disapa Manda itu, Kamis (4/8).

Menurut Manda, saat ini modal semakin fokus untuk melakukan due diligence yang ketat dalam membuat keputusan menggelontorkan dana mereka. Perubahan perilaku modal ventura ini sedikit berpengaruh melihat kondisi market dan risiko ekosistem kripto dan blockchain yang masih pada masa tahap awal perkembangan.

Baca juga: Crypto NFT Semakin Populer, Maling Siber Semakin Mengintai

Pergeseran fokus ini berbeda pada bulan dan tahun sebelumnya. Fakta bahwa satu atau lebih duit modal ventura telah diinvestasikan dalam sebuah startup atau proyek yang biasanya cukup melihat perkembangan dari lonjakan nilai token kripto dalam ekosistemnya. Namun, saat ini tidak menjalankan metode seperti itu lagi.

“Saat ini modal ventura harus lebih berhati-hati dalam melakukan pendanaan ke startup atau proyek kripto maupun blockchain. Banyak dari mereka telah melihat nilai investasi dan reputasi bisa anjlok, karena proyek yang mereka promosikan secara aktif mengalami kegagalan, seperti kasus Terra yang menghantam seluruh industri kripto,” jelasnya.

Perusahaan besar atau institusi lainnya juga mulai mantap memasuki industri kripto dan blockchain. Terbaru BlackRock yang siap memberikan klien investor institusionalnya mereka akses ke investasi aset kripto.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa perusahaan besar yang sedang menjajaki pengembangan bisnis dengan memanfaatkan teknologi blockchain yang memiliki keunggulan transparansi, kecepatan transfer data, tingkat keamanan yang tinggi dan interoperabilitas.

“Saat ini ada beberapa perusahaan besar dari berbagai sektor, mulai industri hiburan, media hingga perbankan di Indonesia yang bersama kami melakukan pendekatan kerja sama untuk meningkatkan bisnis mereka melalui pemanfaatan blockchain. Jadi, meski market kripto lesu, teknologi backbone-nya, yaitu blockchain masih menjanjikan untuk jangka panjang. Ini seperti revolusi internet di tahun 1990-an lalu,” pungkas Manda. (kai)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER