Senin, 29 April 2024
FINTECHNESIA.COM |

Mayoritas Eksekutif Asia Tenggara Khawatirkan Pencurian Data, APT dan Ransomware

BACA JUGA




FgginTechnesia.com | Studi terbaru Kaspersky mengungkapkan, kesadaran yang meningkat dari para eksekutif bisnis di Asia Tenggara (SEA) tentang risiko canggih di dunia maya. Pencurian data, di samping serangan Advanced Persistent Threat (APT) dan infeksi ransomware, adalah yang tertinggi dalam daftar kekhawatiran mereka.

Ketika diminta untuk menilai kemungkinan berbagai jenis insiden keamanan siber, pencurian data, juga dikenal sebagai pelanggaran data, adalah ancaman yang paling dikhawatirkan oleh responden dari Asia Tenggara (77%).

Ini tidak mengejutkan. Berita tentang pelanggaran data di seluruh wilayah dilaporkan hampir terjadi secara rutin dengan viktimologi yang luas/

Pencurian data – transfer ilegal atau penyimpanan informasi pribadi, rahasia, atau keuangan – diikuti oleh serangan APT (75%). Lalu serangan ransomware (73%)..

Ransomware, seperti namanya, adalah perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk memblokir akses ke sistem komputer atau mengenkripsi datanya. Hngga sejumlah uang (tebusan) dibayarkan. Serangan-serangan ini telah dilakukan terhadap individu atau perusahaan.

“Kita harus berhati-hati agar tidak membiarkan rasa percaya diri menumbuhkan rasa puas diri. Kenyataannya serangan ransomware bukanlah sesuatu yang terlalu kecil untuk dikhawatirkan oleh perusahaan,” komentar Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, dalam rilis ke FInTechmesia, Rabu (3/8).

Sejak tahun 2020, para ahli Kaspersky telah memperingatkan tentang “Ransomware 2.0”. Hampir selalu “ransomware yang ditargetkan” atau Ransomware 2.0 mengacu pada kelompok pelaku kejahatan siber yang berpindah dari penyanderaan data ke eksfiltrasi data.

Jenis serangan ini melampaui penculikan data perusahaan atau organisasi. Kelompok-kelompok ini memanfaatkan reputasi digital yang semakin penting untuk memaksa korbannya membayar uang tebusan yang besar.

Pada tahun 2020, setidaknya 61 entitas Asia Tenggara telah menjadi korban dari kelompok ransomware bertarget. Termasuk perusahaan dari industri ringan – termasuk pembuatan pakaian, sepatu, furnitur, elektronik konsumen, dan peralatan rumah tangga; layanan publik, media dan Teknologi, industri berat – termasuk minyak, pertambangan, pembuatan kapal, baja, bahan kimia, manufaktur mesin; keuangan, dan logistik. (kai)


BERITA TERBARU

BERITA PILIHAN

header

POPULER