FinTechnesia.com | Teknologi digital identity hadir sebagai kunci masyarakat melakukan transaksi berbelanja dan perjalanan antar negara yang aman dan nyaman. Sehingga memberikan pengalaman pengguna layanan digital maksimal.
Guna menghadirkan alternatif sistem pembayaran cross-border, beberapa negara sudah menerapkan sistem baru selain dari sistem lama yang sudah berjalan. Seperti penggunaan kartu kredit, debit, dan sejenisnya. Mereka menerapkan sistem pembayaran digital berbasis QR.
Kerja sama pembayaran cross-border ini juga terjalin antara bank sentral dari empat negara ASEAN, yaitu Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT).
Semua berupaya mewujudkan sistem pembayaran yang lebih cepat, murah, transparan, dan inklusif.
Melalui kerjasama ini, masyarakat dari keempat negara dapat melakukan transaksi lebih mudah dengan cashless dan contactless ketika sedang berwisata ke luar negeri. Sehingga tidak perlu lagi mengandalkan penukaran uang tunai dengan mata uang tiap negara yang dikunjunginya.
Baca juga: Perluas Jaringan Global, Bank BNI Optimalkan Keluarga Migran
Kemudahan transaksi antar negara melalui platform pembayaran digital tidak terlepas dari berbagai ancaman kejahatan siber seperti identity fraud dan identity theft.
Maka, penyedia layanan digital perlu mengimplementasikan berbagai solusi teknologi yang mampu mendukung keamanan tanpa mengurangi kenyamanan penggun. Hal ini dapat diwujudkan salah satunya dengan mengintegrasikan sistem layanan digital dengan teknologi digital identity.
Ahmad Taufik, Head of Product VIDA menyatakan, kemudahan penggunaan sistem layanan maupun pembayaran digital cross-border perlu diimbangi kepatuhan penyedia layanan pembayaran terhadap regulasi. Termasuk didalamnya adalah customer due diligence.
Hal tersebut menjadikan kebutuhan akan layanan digital identity yang dapat digunakan kapan saja dan dimana saja menjadi sangat krusial.
“Tentunya hal ini dapat menjadi elemen proteksi baik bagi penyedia layanan keuangan maupun penggunaannya dari berbagai kejahatan siber. Sehingga ekosistem digital di Indonesia dapat terbentuk dengan sistem keamanan terbaik,” terang Taufik, pekan lalu.
Digital identity pada berbagai platform layanan digital mulai dari keuangan hingga layanan perjalanan atau travel berperan sebagai kunci masuk pengguna ke dalam platform tersebut. Syaratnya melalui proses verifikasi dan otentikasi identitas.
Dengan integrasi digital identity ini, transaksi dalam platform dapat dipastikan berlangsung sesuai persetujuan pemilik akun. Sehingga transaksi dapat dilakukan dengan lebih aman.
Selain itu, teknologi digital identity yang mudah dan dapat digunakan oleh berbagai kalangan ini juga turut berkontribusi dalam menciptakan ekosistem digital antar negara yang inklusif.
Implementasi teknologi digital identity dapat mendorong efisiensi dan inklusivitas dari cross-border transactions. Yakni memungkinkan berbagai kalangan, baik masyarakat dalam negeri maupun pendatang dari luar negeri, masuk ke dalam ekosistem digital Indonesia serta memfasilitasinya dalam melakukan transaksi antar negara secara mudah dan aman.
“Dengan begitu, ekosistem digital dapat tumbuh menjadi lebih inklusif serta membuka berbagai potensi baru dalam konteks perdagangan, investasi, hingga pertumbuhan ekonomi,” tutup Taufik. (nin)